I.
PENDAHULUAN
Semenjak anak terlahir ke dunia tentunya telah membawa potensi-potensi
dalam dirinya. Potensi yang dimiliki anak tersebut akan berkembang sesuai
dengan pendidikan yang diberikan kepada anak tersebut. Disini, keluarga
memiliki peranan yang sangat urgen terhadap perkembangan anak, sebab keluarga
menjadi tempat belajar anak untuk pertama kalinya.
Seiring
berkembangnya usia, anak akan mengalami banyak perubahan. Tentunya pendidikan
yang akan diterima menjadi satu hak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Dari
uraian diatas, jelas kiranya bahwa masalah pendidikan adalah masalah setiap
orang tua dan para pendidik lainnya. Dalam hal ini, akan dibahas terkait
psikologi pendidikan yang mana sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pengetahuan psikologi mengenai anak
didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting untuk
dipelajari oleh pendidik terutama. Meruntut dari permasalahan tersebut, dalam
makalah ini akan dipaparkan lebih jauh terkait wacana tentang psikologi
pendidikan yang memang menjadi kebutuhan oleh seorang pendidik. Semoga
bermanfaat.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apakah
Pengertian Psikologi Pendidikan itu?
B.
Bagaimana Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan?
C.
Bagaimana Teori
Belajar dalam Psikologi Pendidikan?
D.
Apa Manfaat Mempelajari
Psikologi Pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Wacana
Tentang Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menjadi salah satu
cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam lingkungan keluarga. Bidang psikologi didirikan oleh
beberapa perintis terkemuka yang muncul diawal sejarah psikologi, berikut
tokoh-tokoh yang mempeloporinya:
1.
William James
(1890)
Pada tahun 1842-1910 dia memberikan
serangkaian kuliah yang bertajuk “Talks to Teacher” (James, 1899/ 1993). Pada
saat kuliah ini dia mendiskusikan tentang aplikasi psikologi untuk mendidik
anak. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar dikelas
guna meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu rekomendasinya adalah mulai
mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi diatas tingkat pengetahuan dan
pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
2.
John Dewey
(1859-1952)
Dia menjadi motor penggerak untuk
mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Dia berpandangan bahwa anak merupakan
pembelajar aktif (active learner). Dia berkeyakinan bahwa anak-anak akan
belajar dengan lebih baik jika anak-anak belajar aktif..
3.
E. L Thorndie
(1872-1949)
Dia memberi perhatian pada penilaian
dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Dia berpendapat
bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah
menanamkan keahlian penalaran anak. Dia mengajukan gagasan bahwa psikologi
pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.
(O’Donnell & Levin, 2001).[1]
Secara etimologi kata Psikologi berasal
dari bahasa Yunani, Psyche artinya jiwa, sedangkan logos artinya
ilmu. Jadi psikologi artinya ilmu jiwa.
Sedangkan secara terminologi psikologi
berarti belajar ilmiah tentang tingkah laku dan mental. Dalam Al-Qur’an juga
telah ditegaskan mengenai masalah jiwa atau ruh, yakni “Dan mereka bertanya tentang ruh.
Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan hanya sedikit" (QS Al-Isra’, [17]: 85).
Selain pengertian diatas, beberapa ahli
psikologi juga mendefinisikan arti dari psikologi pendidikan, yakni:
1.
H. C
Whitherington
“Psikologi pendidikan adalah suatu
studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan manusia.”
2.
Lester D.
Crow, Ph. D dan Alice Crow, Ph. D
“Educational psycology can be
regarded as an applied science, in that it seeks to explain learning according
to scientifically determined principles and facts concerning human behavior”
Yang artinya, “Psikologi pendidikan
dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berguna untuk
menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah
dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.”
3.
WS. Winkel
SJ, M. SC
“Psikologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari pra syarat-pra syarat (faktor-faktor) bagi pelajar di sekolah,
berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar.”[2]
Psikologi pendidikan memiliki tujuan
mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku itu sebagai akibat
proses dari tangan pendidikan dan berusaha
bagaimana suatu tingkah laku itu seharusnya diubah, dibimbing melalui
pendidikan.[3]
Dari pengertian diatas, dapat ditarik
benang merah, bahwasanya psikologi pendidikan merupakan satu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang aktifitas individu dan faktor-faktor yang memengaruhi proses
pendidikan.
B.
Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Pada dasarnya psikologi pendidikan adalah suatu disiplin psikologi yang
khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan itu. Yang meliputi beberapa hal, yakni tingkah
laku belajar oleh siswa, tingkah laku mengajar oleh guru, dan tigkah laku
belajar mengajar oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi.[4] Jadi, ruang lingkup psikologi pendidikan tidak terlepas kaitannya
dengan definisi atau objek formal yang menjadi titik berat studi dari ilmu ini.
Berdasarkan
pendapat para ahli, seperti Herbert J. Klausmeier dan James Moully, dapat
diketahui beberapa ruang lingkup yang dipelajari dalam psikologi pendidikan,
antara lain:
1.
Anak dan
hakikat perkembangannya termasuk kemungkinan perbedaan-perbedaan
individualitasnya
2.
Belajar,
jenis dan prosesnya termasuk prinsip dan faktor yang memengaruhi efisiensinya
3.
Mengajar dan
prinsip-prinsipnya serta kondisi dan situasinya yang dapat mendatangkan
efisiensi dan efektifitas belajar dalam rangka mengembangkan potensi-potensi
anak didik secara maksimal.[5]
Menurut
pendapat Muhibbin Syah, ruang lingkup psikologi pendidikan lebih
menitikberatkan pada:
1.
Belajar,
meliputi teori, prinsip, dan ciri khas perilaku siswa
2.
Proses
belajar yang didalamnya terdapat tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan belajar siswa
3.
Situasi
belajar adalah suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non
fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Menurut Samuel Smith, yang dikutip oleh
Sumadi Suryabrata, dengan menitikberatkan pada 16 topik, antara lain:
1.
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan (The Science of Educatinal Psychology)
2.
Heriditas
atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3.
Lingkungan
yang bersifat fisik (physical structure)
4.
Perkembangan
siswa (growth)
5.
Proses-proses
tingkah laku (behavior processes)
6.
Hakikat dan
ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.
Faktor-faktor
yang memengaruhi belajar (factors that condition learning)
8.
Hukum dan
teori belajar (law and theories of learning)
9.
Pengukuran
yaitu prinsip-prinsip dasar dan batasan pengukuran evaluasi (measurement,
basic prinsiples and definitions)
10.
Transfer
belajar dengan menekankan pada mata pelajaran
(transfer of training: subject matter)
11.
Sudut pandang
praktis mengenai pengukuran (practical aspect of measurement)
12.
Ilmu
statistik dasar (element of statistic)
13.
Kesehatan
rohani (mental hygiene)
14.
Pendidikan
pembentukan watak (character education)
15.
Pengetahuan
psikologi, tentang mata pelajaran sekolah menengah (psichology of secondary
school subyect)
16.
Pengetahuan
psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school
subyect). [6]
C.
Teori Belajar
dalam Psikologi Pendidikan
Dari beberapa ruang lingkup dalam
psikologi pendidikan, perihal belajar menjadi sentral pembahasan dalam
psikologi pendidikan. Hal ini disebabkan karena belajar mengajar merupakan
perilaku inti dalam proses pendidikan dimana anak didik dan pendidik
berinteraksi.
Dalam perkembangannya, psikologi
pendidikan selalu memunculkan teori-teori belajar. Secara umum, ada 3 teori
belajar, yakni:
1.
Teori belajar
Behavior
Teori
ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.[7]
Menurut E. R Guthrie (1886-1959), dia
menemukan prinsip belajar, yang berbunyi “suatu kombinasi stimuli yang telah
menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila
kombinasi stimuli itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda mengerjakan
sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan
mengerjakan hal serupa dalam situasi yang sama.[8]
2.
Teori Belajar
Kognitif
Teori belajar
kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudia menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.[9]
Salah satu
tokoh psikologi, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktifitas
gradual daripada fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak. Menurut Piaget,
pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang
sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah pertumbuhan yang tidak
kuantitatif, melainkan kualitatif.
Piaget menggunakan
istilah “scheme” yang berarti tingkah laku yang diulang-ulang. Scheme berhubungan
dengan reflek-reflek pembawaan, misalnya bernafas, makan, minum. Pengaplikasian
teori belajar ini yakni perkembangan kognitif bergantung apada akomodasi. Kepada
siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar,
karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat
menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini, siswa akan
mengadakan usaha untuk dapat mengkomodasi. Situasi atau area inilah yang akan
mempermudah pertumbuhan kognitif.[10]
3.
Teori Belajar
Humanistik
Perhatian teori belajar humanistik ini
terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Para tokoh teori ini berpandangan
bahwasanya tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas
dalam menentukan kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Beberapa tokoh dari teori humanistik ini
antara lain, Combs, Maslov, dan Rogers. Combs menyatakan bahwa apabila kita
ingin memahami perilaku orang, kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang
itu. Dia mengatakan bahwa perilaku buruk sesungguhnya tak lain hanyalah dari
ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.
Jika menurut pandangan Maslow, dia
membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh hirarki. Hirarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini memiliki implikasi yang penting harus diperhatikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
Menurut pandangan Rogers, dalam bukunya “Freedom
to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang
penting, diantaranya adalah:
a.
Manusia itu
mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
b.
Belajar yang
signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri
c.
Belajar yang
menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.[11]
D.
Fungsi
psikologi dalam Pendidikan
Seperti
teorinya jhon Dewey mengenai pendidikan proggresif, dimana guru menjadi pelayan
murid, dengan perkataan lain bahwa perhatian guru hendaknya ditujukan untuk
anak didiknya. Sehingga setiap aspek pelayanan pendidikan diperuntukkan bagi
terwujudnya aktivitas belajar yang efektif. Oleh karena itu, psikologi
pendidikan berfungsi sebagai:
1.
Memberikan
pelayanan dan pelajaran terhadap anak didik, sesuai dengan perkembangan jiwa
mereka
2.
Mengenal dan
memahami keberadaan setiap anak didik secara utuh, baik secara individual
maupun kelompok
3.
Memperlakukan
anak didik sesuai dengan keadaan jiwa yang sedang dialaminya
4.
Membantu anak
didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapi
IV.
KESIMPULAN
Psikologi pendidikan merupakan satu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang aktifitas individu dan faktor-faktor
yang memengaruhi proses pendidikan. Pada dasarnya psikologi pendidikan adalah
suatu disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas
seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu. Yang
meliputi beberapa hal, yakni tingkah laku belajar oleh siswa, tingkah laku
mengajar oleh guru, dan tigkah laku belajar mengajar oleh guru dan siswa yang
saling berinteraksi.
Dalam perkembangannya, psikologi
pendidikan selalu memunculkan teori-teori belajar. Secara umum, ada 3 teori
belajar, yakni
a.
Teori Behavioristik
b.
Teori Kognitif
c.
Teori Humanistik
Beberapa fngsi Psikologi pendidikan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan
pelayanan dan pelajaran terhadap anak didik, sesuai dengan perkembangan jiwa
mereka
2.
Mengenal dan
memahami keberadaan setiap anak didik secara utuh, baik secara individual
maupun kelompok
3.
Memperlakukan
anak didik sesuai dengan keadaan jiwa yang sedang dialaminya
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas psikologi pendidikan. Tentunya kami menyadari bahwasanya dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran membangun sangat saya butuhkan. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Dalyono, M. 2010. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mustaqim, 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Pelajar Offset
Sabri, M. Alisuf. Psikologi
PendidikaN. 2010. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Soemanto, Wasty. 1990.
Psikologi Pendidikan. t.t: PT. Rineka Cipta
Santrock, John W. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group
Romlah.
2010. Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Wahib, Abdul. 2010.
Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
0 komentar:
Post a Comment