KONSTRUKSI
INSTRUMEN EVALUASI PEMBELAJARAN: NON TES DAN BENTUKNYA
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen
pengampu: Dra. Muntholi’ah, M. Pd
Disusun oleh,
1. Mahfd
Sazali : 103111122
2. Malikhah : 103111123
3. Maria
Ulfa : 103111124
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
KONSTRUKSI
INSTRUMEN EVALUASI PEMBELAJARAN: NON TES DAN BENTUKNYA
I.
PENDAHULUAN
Instrumen
non tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk
dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif,
seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi. Dengan tekhnik non tes, maka
penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa
“menguji” peserta didik.
Para ahli berpendapat bahwa
perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan
tekhnik non tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, angket, chek list,
rating scale, dll. Jika evaluator hanya menggunakan tekhnik tes saja, tentu
data yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat
merugikan pihak-pihak tertentu. Tekhnik non tes digunakan sebagai suatu
kritikan terhadap kelemahan tekhnik tes. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan disajikan berbagai macam tekhnik evaluasi non tes.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa
Pengertian Instrumen Evaluasi Non Tes?
B.
Apa Saja
Macam-Macam Instrumen Evaluasi Non Tes?
III.
PEMBAHASAN
A.
Instrumen
Non Tes
Secara garis besar, alat evaluasi
dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yakni tes dan bukan tes (non tes). Para
ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar, kita
harus menggunakan tekhnik tes dan non tes. Hasil pelajaran dapat berupa
pengetahuan teoritis, ketrampilan, dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur
dengan menggunakan tekhnik tes. Ketrampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan tekhnik non tes.[1]
B.
Macam-Macam
Instrumen Evaluasi Non Tes
Adapun macam-macam non tes yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi pembelajaran, antara lain:
1.
Observasi
Secara
umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[2]
Tujuan
diadakannya observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai fenomena-fenomena,
baik yang berupa peristiwa maupun tindakan dalam situasi yang sesungguhnya.
Berdasarkan rumusan dan tujuan diatas, ada beberapa karakteristik dari
observasi, yakni:
a.
Harus
mempunyai arah dan tujuan yang spesifik
b.
Harus
bersifat ilmiah, yakni sistematis, logis, dan rasional
c.
Harus ada
fenomena-fenomena yang diselidiki
d.
Harus shahih,
andal, dan praktis.[3]
Ada beberapa macam-macam observasi, yakni
(a)
Observasi
dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
(i)
Observasi
Berstruktur, yaitu semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih
dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur
kategorisasinya.
(ii)
Observasi tak
berstruktur, yaitu semua aktifitas petugas observasi tidak dibatasi oleh suatu
kerangka kerja yang pasti.
(b)
Observasi
dilihat dari tekhnis pelaksanaannya, dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:
(i)
Observasi
langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang
diselidiki.
(ii)
Observasi tak
langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik tekhnik maupun
alat tertentu.
(iii)
Observasi
partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian, atau
melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Berikut ini contoh skala observasi proses mengajar:
Tujuan:
Untuk memperoleh data tentang proses
mengajar guru guna memperbaiki situasi belajar mengajar.
Petunjuk:
Berilah
tanda cek (v) pada kolom-kolom skala nilai (A-B-C-D) sesuai dengan hasil
observasi.
Nama Guru :
Bidang Studi Guru :
Subbidang Studi :
Satuan
Bahasan :
Kelas :
Hari/ tanggal :
No.
|
Aspek-Aspek yang Diamati
|
Skala Nilai
|
Keterangan
|
||||
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|
1
|
Cara Merumuskan TIK
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Kesesuaian materi pelajaran dengan TIK
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Kesesuaian media dengan TIK
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Tekhnik penggunaan multimedia dan multimetode
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Cara mengaplikasikan CBSA
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Bimbingan dan penyuluhan kepada siswa yang
mengalami kesulita belajar
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Cara Mengadakan Evaluasi :
a. Tes
a) Tertulis
b) Lisan
c) Perbuatan
b. Nontes
a) Observasi
b) Chek
List
c) Rating
Scale
d) Anecdotal
Record
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan :
Saran :
Observi Observer,
(................) (..............)
2.
Wawancara
(Interview)
Wawancara adalah salah satu tekhnik pengumpulan dan pencatatan data
informasi, dan atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab,
baik langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.
Tujuan
wawancara, yakni:
a.
Untuk
memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu
b.
Untuk
melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
c.
Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Berikut prosedur penyusunan pedoman wawancara:
a.
Membuat
kisi-kisi atau layout pedoman wawancara
b.
Menyusun
pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan
c.
Melaksanakan
uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan
yang disusun sehingga dapat diperbaiki lagi untuk selanjutnya baru dilaksanakan kembali
d.
Membuat
pedoman wawancara.[4]
Contoh:
Layout Pedoman Wawancara
No.
|
Masalah
|
Tujuan
|
Pertanyaan
|
Bentuk Pertanyaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Format Pedoman Wawancara
No.
|
Pertanyaan
|
Ringkasan Jawaban
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Skala Penilaian
(Rating Scale)
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel
tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang
akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi,
tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi
lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur.[5]
Dalam Rating Scale ini terdapat beberapa
kelemahan, diantaranya:
a.
Halo Effects
Yaitu kelemahan
yang akan timbul jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum
yang baik pada peserta didik, sementara ia tidak menyelidiki kesan-kesan umum.
Misal, seorang guru terpikat oleh sopan santun dari peserta didik, sehingga
memberikan nilai yang tinggi pada segi-segi lain, padahal mungkin peserta didik
tersebut tidak demikian adanya.
b.
Generosity
Effects
Yaitu kelemahan
yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat baik. Misalnya, seorang guru
dalam keadaan ragu-ragu, maka ia cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.
c.
Carry-Over
Effects
Yaitu kelemahan
akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan satu fenomena dengan fenomena yang
lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik, maka fenomena yang lain juga akan
dinilai baik pula.[6]
Contoh:
Nama : Kelas :
Umur : Sekolah :
Hari : Umur :
No.
|
Aspek yang dinilai
|
ST
|
T
|
S
|
R
|
SR
|
1
|
Sopan santun
|
|
|
|
|
|
2
|
Tanggung jawab
|
|
|
|
|
|
3
|
Ketekunan
|
|
|
|
|
|
4
|
Tolong menolong
|
|
|
|
|
|
5
|
Pemberani
|
|
|
|
|
|
6
|
Penakut
|
|
|
|
|
|
7
|
Pemarah
|
|
|
|
|
|
4.
Daftar
Cocok (Check List)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (chek list) adalah deretan
pernyataan, dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok
(v) di tempat yang sudah disediakan.
Contoh:
Berilah tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan pendapat
saudara.
No.
|
Pernyataan
|
Penting
|
Biasa
|
Tidak Penting
|
1
|
Ikut demonstrasi
|
|
|
|
2
|
Berdiskusi tiap minggu
|
|
|
|
3
|
Jalan-jalan ke mall
|
|
|
|
4
|
Mengikuti seminar
|
|
|
|
5
|
Berwisata
|
|
|
|
Ada
pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam daftar
cocok karena dalam skala bertingkat, responden
juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.[7]
5.
Angket
(Quetioner)
Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan data dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.
Berikut ini beberapa langkah untuk membuat angket,
diantaranya:
a.
Menyusun
kisi-kisi atau layout angket
Contoh:
No.
|
Masalah
|
Sub. Masalah
|
Indikator
|
Sumber Data
|
Nomor Angket
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Menyusun
pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan, berstruktur
atau tidak. Setiap pertanyaan dan jawaban harus menggambarkan atau mencerminkan data yang diperlukan. Pertanyaan harus diurutkan, sehingga antara
pertanyaan yang satu dengan yang
lain ada kesinambungan.
c.
Membuat
pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan sehingga
memudahkan responden untuk menjawabnya.
d.
Jika angket
sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di lapangan sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya.
e.
Revisi. Angket yang sudah diuji cobakan dan
terdapat kelemahan perlu direvisi, baik
dilihat dari pertanyaannya maupun dari jawabannya.
f.
Menggandakan
angket sesuai dengan banyaknya anggota sampel.
Contoh pertanyaan-pertanyaan
dari sebuah angket, diantaranya:
Petunjuk
Pengisian :
1. Angket
ini bukan merupakan ujian bagi Anda, melainkan untuk kepentingan penelitian
2. Anda
tidak perlu bekerja sama untuk mengisinya
3. Jawablah
pertanyaan di bawah ini secara jujur, sesuai dengan keadaan yang Anda alami.
4.
Hal – hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada peneliti
Jenis
angket tertutup :
SOAL
:
1.
Bagaimana pendapat Anda tentang internet?
a. sangat baik
b. baik
c. kurang baik
d. tidak baik
2. Bagaimana pendapat Anda tentang
perkembangan internet di masa sekarang ini?
a. sangat baik
b. baik
c. kurang baik
d. tidak baik
3.
Bagaimana pendapat Anda tentang informasi yang terdapat di internet?
a. sangat baik
b. baik
c. kurang baik
d. tidak baik
4.
Bagaimana dampak penggunaan internet pada proses belajar Anda?
a. sangat baik
b. baik
c. kurang baik
d. tidak baik
Jenis
angket terbuka, Essay :
1.
Apakah anda kesulitan dalam mengoperasikan internet ?
2.
Seberapa sering anda menggunakan internet ?
3.
Berapa lama anda harus di depan computer atau laptop setiap menggunakan internet ?
4.
Dimanakah anda sering menggunakan internet ?
5.
Apakah orang tua anda mendukung anda untuk menggunakan internet?
6.
Skala
Sikap (Attitude Scala)
Sikap merupakan kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan
cara, metode, tekhnik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa
orang maupun objek tertentu.
Ada satu cara untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakan skala
sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, subyek tidak disuruh
memilih pertanyaan-pertanyaan positif saja, tetapi memilih juga
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat negatif. Tiap item, dibagi ke dalam 5
skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Setiap pertanyaan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, 0, sedangkan pertanyaan
negatif diberi bobot 0, 1, 2, 3, 4.
7.
Catatan
Insidental (Anecdotal Record)
Catatan insidental adalah catatan singkat tentang peristiwa sepintas
yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatn ini merupakan pelengkap dalam
rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan
tingkah laku peserta didik.
Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus atau pada kartu-kartu kecil,
sehingga memudahkan dalam penafsiran. Contoh:
Kartu
Catatan Insidental
Hari/ tanggal/ bulan/ tahun : Sabtu,
21 April 2012
Nama Peserta Didik : Diana
Nama SD/ Kelas : SD N 01 Sukorejo
Nama Observer : Mahfudz Taat Beribadah
Tempat Observasi : Di dalam Kelas
|
Catatan: Diana mendapatkan juara kelas.
Diana sering membaca buku. Kesimpulan sementara: Diana anak yang pintar
|
IV.
KESIMPULAN
Secara garis besar, alat evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam, yakni tes dan bukan tes (non tes). Para ahli berpendapat bahwa dalam
mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar, kita harus menggunakan tekhnik tes
dan non tes. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis, ketrampilan,
dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan tekhnik tes.
Ketrampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan
sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan tekhnik
non tes.
Macam-macam non tes yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi
pembelajaran, antara lain:
1.
Observasi
2.
Wawancara
(Interview)
3.
Skala
Penilaian (Rating Scale)
4.
Daftar Cocok
(Check List)
5.
Angket
(Quetioner)
6.
Skala Sikap
(Attitude Scala)
7.
Catatan
Insidental (Anecdotal Record)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Rosdakarya
-----------------.
1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
0 komentar:
Post a Comment