Media Pembelajaran


LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Media Pembelajaran
Dosen Pengampu: DR. Fatah Syukur, M. Ag


Disusun oleh,
              Nama          : Malikhah
              NIM            : 103111123
              Kelas          : PAI 4C


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA  ISLAM  NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2012


LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

I.          PENDAHULUAN
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Dalam komunkasi sering kali timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan kegairahan siswa untuk belajar, dsb.[1]
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini berkembang sangat pesat. Dampak perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar.  Sebab fungsi media disamping sebagai stimulus informasi, sikap, dan lain-lain juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan materi yang akan disajikan sehingga dapat menarik perhatian siswa. Pemilihan media dalam pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga banyak kriteria yang harus dipertimbangkan untuk memilih media yang akan digunakan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik.
Dalam memilih media pembelajaran juga harus melihat dan mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya aspek psikologis, tekhnologis, dan sosiologis. Tentunya, hal ini akan berpengaruh terhadap keefektifan dan keefisiennya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai landasan penggunaan media pmbelajaran yang dilihat dari aspek psikologi, tekhnologi, dan sosiologi.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah Landasan Historis Penggunaan Media Pembelajaran?
B.     Apakah Landasan Filosofis Penggunaan Media Pembelajaran?
C.     Apakah Landasan Keagamaan Penggunaan Media Pembelajaran?
D.    Apakah Landasan Psikologi Penggunaan Media Pembelajaran?
E.     Apakah Landasan Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran?
F.      Apakah Landasan Sosiologi Penggunaan Media Pembelajaran?

III.          PEMBAHASAN
A.           Landasan Historis Penggunaan Media Pembelajaran
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran ialah rational penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923. Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga. Pemanfaatan konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an. Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya. Beberapa istilah yang merupakan variasi penggunaan konsepsi “instructional materials” adalah “teaching/ learning materials”, “learning resources”.

B.            Landasan Filosofis Penggunaan Media Pembelajaran
Konsep model pendidikan tekhnologis secara filosofis mirip dengan model pendidikan klasikal. Artinya bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan.[2]
Terdapat pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi.
Penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain,maka baik menggunaka media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Diyakini media dalam pembelajaran juga mampu mengubah persepsi peserta didik. Persepsi juga menjadi suatu yang sangat penting, karena menjadi landasan berfikir peserta didik dalam belajar. Dalam pengertian lain, persepsi mampu berpengaruh dalam pelajar. Pengaruh itu dapat berupa daya ingat, pembentukan konsep, pembinaan sikap dan lain-lain.[3] Oleh karena itu, makna filosofis dalam penggunaan media pembelajaran, disamping untuk memudahkan juga mempunyai banyak manfaat lain, seperti membantu pemahaman, pembentukan konsep dan lain sebagainya.

C.           Landasan Keagamaan Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam masalah penerapan media pendidikan agama, harus memperhatikan jiwa keagamaan pada anak didik. Oleh karena faktor inilah yang justru menjadi sasaran media pendidikan agama yang sangat prinsipil. Dengan tanpa memperhatikan serta memahami perkembangan jiwa anak atau tingkat daya fikir anak didik, guru agama akan sulit diharapaknan untuk menjadi sukses.
Media perspektif Islam juga mempunyai landasan dalam penggunaanya. Islam sangat menganjurkan adanya media dalam proses pembelajaran. Karena Islam percaya bahwa adanya media mampu mempermudah suatu pembelajaran. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip Islam untuk memudahkan segala sesuatu dan dilarang untuk mempersulitnya. Seperti sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan agar mempermudah dan jangan mempersulit segala sesuatu. Dari sabda itu maka sangat jelas bahwa dalam menyelenggarakan suatu pembelajaran hendaknya dipermudah dan menyenangkan. Karena dengan begitu peserta didik lebih tertarik untuk memahami dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
Sebagaimana firman Allah surat An-Nahl ayat 125 :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  

Artinya : "Serulah (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl :125) "

Hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Bermacam-macam orang mengartikan kata “Hikmah” dalam arti “Bijaksana.” Adapula yang mengartikan hikmah dengan cara yang tepat dan efektif. Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir Al Manar (juz III) mengartikan kata hikmah dengan “Alasan-alasan ilmiah dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal (Humaidi, 1974 : 8). Dalam Lisanul Arab diterangkan bahwa” : Hakim yaitu orang yang berhikmah, ialah orang yang paham benar tentang seluk beluk kaifiat/cara mengerjakan sesuatu dan dia mahir didalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah cara yang bijaksana, tepat, efektif, dan dapat diterima dengan akal. Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama harus dilakukan oleh guru agama sebagai pendidik ialah pengamatan langsung kepada perkembangan keagamaan anak didik. Sebab perkembangan sikap keagamaan anak sangat erat hubungannya dengan sikap percaya kepada Tuhan, yang telah diberikan di lingkungan keluarga atau masyarakat, yang selanjutnya dapat dijadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar.

D.           Landasan Psikologis Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan landasan psikologis, belajar adalah proses yang kompleks dan unik kompleks karena proses pembelajarannya mengikutsertakan seluruh aspek kepribadian, jasmani maupun rohani. Unik artinya setiap pembelajaran memiliki cara belajarnya sendiri yang berbeda dengan pebelajaran lain. Sebagai akibat perbedaan individual, seperti minat, bakat, kemampuan, kecerdasan, serta tipe belajar.
Ditinjau berdasarkan landasan psikologis penggunaan media pembelajaran, media pembelajaran digunakan dengan memperhatikan kondisi peserta didik. Banyaknya kompleksitas dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Perlu adanya konsep diri yang juga harus disiapkan oleh siswa, agar siswa juga siap dalam menerima materi yang disampaikan menggunakan media pembelajaran. Calhaoun dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang. Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseoraang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.[4] Karena media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, maka setidaknya siswa mampu mengenali dirinya dan mampu mengidentifkasi kebutuhan-kebutuhannya.
Levie & Levie (1975) telah mereview hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untu tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.[5] Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
Berkaitan dengan berbagai hal yang kongkret dan abstrak ini, teori Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale, 1969) menjadi salah satu landasan teori penggunaan media pembelajaran. Konsep kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan Bruner yakni pengalaman langsung, pengalaman gambar, dan pengalaman abstrak. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui lambang tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas dipuncak kerucut, semakin abstrak media penyampai pesan itu.
Dasar pengembangan kerucut bukan merupakan tingkatan kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Inilah yang dikenal learning by doing misalnya keikutsertaan dalam menyiapkan makanan, melakukan percobaan di laboratorium, dll.[6] Hal tersebut mampu memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan pengetahuan, ketrampilan, serta sikap.
Berbeda dengan pendapat Jerome Bruner, dia mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Charles F. Haban juga mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Meskipun demikian, dalam proses pembelajaran tidak harus dimulai dengan adanya pengalaman langsung, tetapi dapat dimulai dengan jenis pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya media pembelajaran yang dapat menyampaikan dengan jelas pembelajaran yang akan disampaikan.

E.            Landasan Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran
Teknologi pembelajaran menjadi suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan dengan obyek formal “belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Belajar disini, tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga belajar pada keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Oleh karena itu, teknologi pembelajaran berupaya merangsang dan menumbuhkan keinginan belajar siswa.
Teknologi pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang menyangkut orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar.[7] Selain itu, teknologi pendidikan juga dapat diartikan sebagai media yang lahir dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan.
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
  1. Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more productive).
  2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more individual).
  3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can give instruction a more scientific base).
  4. Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).
  5. Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/seketika (Can make learning more immediate).
  6. Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal).[8]
Selain itu, penggunaan tekhnologi dalam pembelajaran mempunyai nilai-nilai sebagai berikut:
1.        Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik
2.        Media dapat mengatasi ruang kelas
3.        Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan
4.        Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.        Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
6.        Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
7.        Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongrit dan realistis
Oleh karena itu, media dalam pembelajaran sangat diperlukan, karena media dapat memberikan dampak yang potensial bagi siswa. Pemecahan masalah juga dapat diselesaikan dengan menggunakan media pembelajaran, sehingga ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar, media pembelajaran mampu membantu dalam proses belajar anak.
Menurut Donald P Ely (1983), tekhnologi pembelajaran meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur, dan ketrampilan. Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari berbagai teori, diantaranya adalah teori belajar dan pembelajaran, teori dan teknologi komunikasi, teori dan teknologi informasi, dan teori ekonomi, dll. Menurut Seels dan Richey (1994) beberapa disiplin ilmu lain yang menjadi akar intelektual teknologi pembelajaran adalah psikologi, komunikasi, ilmu komputer, bisnis, dan pendidikan.[9]
Teknologi tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidian. Maka teknologi pendidikan menjadi usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang lain.[10]
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan siswa untuk belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknologi-teknologi di bidang pembelajaran harus mampu mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknologi berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).

Dengan demikian, dari sudut pandang teknologi, proses belajar setiap siswa akan menjadi mudah dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya. Dengan penggunaan teknologi yang tepat, maka akan mudah untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan tentunya akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

F.            Landasan Sosiologis Penggunaan Media Pembelajaran
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda mengembangkan diri. Pendidikan menjadi media sosialisasi pandangan hidup dan kecakapan yang harus diterima masyarakat (terutama anak-anak).[11] Berkomunikasi merupakan bentuk interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Keinginan untuk berhubungan dengan orang lain merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok. Komunikasi juga dibedakan menjadi 2, yakni komunikasi langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini, komunikasi yang menggunakan media pembelajaran adalah komunikasi tidak langsung. Komunikasi tidak langsung menggunakan media sebagai perantara. Sering kali komunikasi jenis ini disebut dengan mediated communication.[12] Media pembelajaran memiliki peranan yang sangat urgen dalam memperlancar komunikasi.
Pendidikan mampu memodifikasi dari perilaku yang dicapai melalui apalikasi kondisi yang diperkuat, melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajaran menggantikan peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data serta ketrampilan yang berguna bagi jabatan atau kedudukannya dibidang tekhnologi di masa yang akan datang. Bantuan teknologi kepada manusia, memungkinkan manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologi yang sangat kompleks.[13] Disini, terlihat adanya pengaruh media pembelajaran terhadap keadaan sosial yang terjadi disekitar siswa.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.


IV.          ANALISIS
Perkembangan IPTEK membuat proses pembelajaran harus diperkaya dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat guna. Sebab, dengan adanya media pembelajaran yang digunakan, maka akan mempermudah guru menyampaikan materi, sebaliknya mempermudah siswa untuk menerima materi yang disampaikan. Perlu adanya tinjauan untuk memilih media pembelajaran, baik itu dilihat dari landasan psikologi, teknologi, ataupun sosiologi. Ketiga hal tersebut tentunya memiliki keterkaitan satu sama lain. Berikut analisis terkait ketiga landasan yang mendasari adanya penggunaan media dalam pembelajaran:
1.    Landasan Psikologi Penggunaan Media Pembelajaran
          Landasan psikologi lebih berbicara mengenai alasan mengapa media pembelajaran dipergunakan, ditinjau dari kondisi siswa dan bagaimana proses belajar itu terjadi. Belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar.
          Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui alat indera siswa, oleh karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan yang telah diproses itulah hasil belajar yang diperoleh. Disinilah media menjadi penting untuk digunakan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Media memiliki peranan penting sebagai pemberi stimulus terhadap siswa untuk mempermudah dalam proses belajar.

2.    Landasan Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran
          Teknologi pembelajaran sebagai perangkat lunak yang berbentuk cara-cara sistematis dalam memecahkan masalah pembelajaran semakin canggih dan mendapatkan tempat secara luas dalam dunia pendidikan (Suparman dan Zuhairi, 2004: 345-346). Dengan demikian, aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk kongkret dengan adanya sumber belajar yang menfasilitasi peserta didik untuk belajar.[14]
          Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan siswa untuk belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, para ahli teknologi di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya.
          Semua kegiatan ini dilakukan oleh para ahli teknologi berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap pebelajar akan dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.

3.    Landasan Sosiologi Penggunaan Media Pembelajaran
          Landasan sosiologi memungkinkan adanya pengaruh interaksi antara individu satu dengan yang lain. Dalam hal ini, komunikasi menjadi salah satu bentuk interaksi sesama manusia. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif, terlebih jika didukung dengan adanya media pembelajaran, maka akan semakin memperlancar komunikasi.
          Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.


V.          KESIMPULAN
       Penggunaan media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa. Dengan adanya media, proses pembelajaran menjadi efektif, interaktif, dan efisien. Secara praktis media pembelajaran, bukan berarti menjadikan pembelajaran menjadi proses yang kurang manusiawi (dehumanisasi) ataupun menggusur peran siswa dalam belajar. Namun sebaliknya kehadiran media tersebut sangat positif, asalkan siswa tetap menggunakan pendekatan humanisme dalam pembelajarannya, dan dapat mengambil manfaat dari media tersebut.
       Interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
       Jadi, dalam menggunakan media pmbelajaran, selain memperhatikan kebutuhan siswa, juga diperlukan tinjauan khusus landasan penggunaan media pembelajaran. Landasan yang dapat kita gunakan sebgai acuan yakni landasan psikologi, tekhnologi, maupun landasan sosiologi.





















DAFTAR PUSTAKA

            Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo     
            Ghufron, M. Nur, dkk. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
            Nasution. 2011. Tekhnologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
            Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
            Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana   
            Sudjana, Nana. 2007. Tekhnologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
            Warsito, Bambang. 2008. Tekhnologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
            Wilkinson, Gene L. 1984. Media dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali
                Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran.. Jakarta: Ciputat Pers
            www.stittaqwa.blogspot.com
                                        


                [1] Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 13
                [2] Nana Sudjana, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Offset, 1989), hlm. 24
[3] Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 134
                [4] M. Nur Ghufron, dkk, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 13
                [5] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), hlm. 8-9
                [6] Ibid, hlm. 9-11
                [7] Gene L. Wilkinson, Media dalam Pembelajaran, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hlm. 3
                [8] www.stittaqwa.blogspot.com
                [9] Bambang Warsito, Tekhnologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.2
                [10] Nasution, Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 12-13
                [11] Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan, 2010. (Ar-Ruzz Media, Yogyakarta), hlm. 358
                [12] Nana Sudjana, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo: 2007), hlm. 29
[13] Ibid, hlm. 25
                [14] Bambang Warsita, Op. Cit, hlm. 10

0 komentar:

Post a Comment

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan