LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Media Pembelajaran
Dosen
Pengampu: DR. Fatah Syukur, M. Ag
Disusun oleh,
Nama : Malikhah
NIM : 103111123
Kelas :
PAI 4C
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN
I.
PENDAHULUAN
Pada
hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Dalam komunkasi
sering kali timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi
tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya
kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan
kegairahan siswa untuk belajar, dsb.[1]
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini berkembang sangat pesat. Dampak
perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan
media pembelajaran, seperti buku teks, modul, film, video, televisi, slide,
hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan
menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Salah
satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media secara
terintegrasi dalam proses belajar mengajar.
Sebab fungsi media disamping sebagai stimulus informasi, sikap, dan
lain-lain juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Pemilihan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan materi yang
akan disajikan sehingga dapat menarik perhatian siswa. Pemilihan media dalam
pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga banyak
kriteria yang harus dipertimbangkan untuk memilih media yang akan digunakan,
agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik.
Dalam memilih media pembelajaran juga
harus melihat dan mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya aspek psikologis,
tekhnologis, dan sosiologis. Tentunya, hal ini akan berpengaruh terhadap
keefektifan dan keefisiennya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas mengenai landasan penggunaan media pmbelajaran yang
dilihat dari aspek psikologi, tekhnologi, dan sosiologi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apakah
Landasan Historis Penggunaan Media Pembelajaran?
B.
Apakah
Landasan Filosofis Penggunaan Media Pembelajaran?
C.
Apakah
Landasan Keagamaan Penggunaan Media Pembelajaran?
D.
Apakah
Landasan Psikologi Penggunaan Media Pembelajaran?
E.
Apakah
Landasan Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran?
F.
Apakah
Landasan Sosiologi Penggunaan Media Pembelajaran?
III.
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Historis Penggunaan Media Pembelajaran
Yang dimaksud dengan landasan historis media
pembelajaran ialah rational penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah
konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Perkembangan konsep media
pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau
alat bantu visual sekitar tahun 1923. Yang dimaksud dengan alat bantu visual
dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau
alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang
menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar
tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio
visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti
dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk
memindahkan gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga.
Pemanfaatan konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman”
dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan
yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an. Perkembangan
berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional
materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi
sebelumnya. Beberapa istilah yang merupakan variasi penggunaan konsepsi
“instructional materials” adalah “teaching/ learning materials”, “learning
resources”.
B.
Landasan
Filosofis Penggunaan Media Pembelajaran
Konsep model pendidikan tekhnologis
secara filosofis mirip dengan model pendidikan klasikal. Artinya bertumpu pada
asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh
utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan.[2]
Terdapat
pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru
di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi.
Penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi. Jika guru menganggap siswa sebagai anak
manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan
pribadi yang berbeda dengan yang lain,maka baik menggunaka media hasil
teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap
menggunakan pendekatan humanis.
Diyakini media dalam pembelajaran juga
mampu mengubah persepsi peserta didik. Persepsi juga menjadi suatu yang sangat
penting, karena menjadi landasan berfikir peserta didik dalam belajar. Dalam
pengertian lain, persepsi mampu berpengaruh dalam pelajar. Pengaruh itu dapat
berupa daya ingat, pembentukan konsep, pembinaan sikap dan lain-lain.[3] Oleh karena itu, makna filosofis dalam penggunaan media pembelajaran,
disamping untuk memudahkan juga mempunyai banyak manfaat lain, seperti membantu
pemahaman, pembentukan konsep dan lain sebagainya.
C.
Landasan
Keagamaan Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam
masalah penerapan media pendidikan agama, harus memperhatikan jiwa keagamaan
pada anak didik. Oleh karena faktor inilah yang justru menjadi sasaran media
pendidikan agama yang sangat prinsipil. Dengan tanpa memperhatikan serta memahami
perkembangan jiwa anak atau tingkat daya fikir anak didik, guru agama akan
sulit diharapaknan untuk menjadi sukses.
Media
perspektif Islam juga mempunyai landasan dalam penggunaanya. Islam sangat
menganjurkan adanya media dalam proses pembelajaran. Karena Islam percaya bahwa
adanya media mampu mempermudah suatu pembelajaran. Hal ini sangat sesuai dengan
prinsip Islam untuk memudahkan segala sesuatu dan dilarang untuk
mempersulitnya. Seperti sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan agar mempermudah
dan jangan mempersulit segala sesuatu. Dari sabda itu maka sangat jelas bahwa dalam
menyelenggarakan suatu pembelajaran hendaknya dipermudah dan menyenangkan.
Karena dengan begitu peserta didik lebih tertarik untuk memahami dan lebih
mudah memahami materi yang disampaikan.
Sebagaimana
firman Allah surat An-Nahl ayat 125 :
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : "Serulah (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl :125) "
Hikmah adalah perkataan yang tegas dan
benar yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Bermacam-macam
orang mengartikan kata “Hikmah” dalam arti “Bijaksana.” Adapula yang
mengartikan hikmah dengan cara yang tepat dan efektif. Syekh Muhammad Abduh
dalam tafsir Al Manar (juz III) mengartikan kata hikmah dengan “Alasan-alasan
ilmiah dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal (Humaidi,
1974 : 8). Dalam Lisanul Arab diterangkan bahwa” : Hakim yaitu orang yang
berhikmah, ialah orang yang paham benar tentang seluk beluk kaifiat/cara
mengerjakan sesuatu dan dia mahir didalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah
cara yang bijaksana, tepat, efektif, dan dapat diterima dengan akal. Oleh karena
itu tugas pengamatan yang pertama harus dilakukan oleh guru agama sebagai
pendidik ialah pengamatan langsung kepada perkembangan keagamaan anak didik.
Sebab perkembangan sikap keagamaan anak sangat erat hubungannya dengan sikap
percaya kepada Tuhan, yang telah diberikan di lingkungan keluarga atau
masyarakat, yang selanjutnya dapat dijadikan bahan dasar pengertian dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan metode yang dipakai dalam proses belajar
mengajar.
D.
Landasan
Psikologis Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan landasan psikologis,
belajar adalah proses yang kompleks dan unik kompleks karena proses
pembelajarannya mengikutsertakan seluruh aspek kepribadian, jasmani maupun
rohani. Unik artinya setiap pembelajaran memiliki cara belajarnya sendiri yang berbeda
dengan pebelajaran lain. Sebagai akibat perbedaan individual, seperti minat,
bakat, kemampuan, kecerdasan, serta tipe belajar.
Ditinjau
berdasarkan landasan psikologis penggunaan media pembelajaran, media
pembelajaran digunakan dengan memperhatikan kondisi peserta didik. Banyaknya
kompleksitas dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan
metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di
samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Perlu
adanya konsep diri yang juga harus disiapkan oleh siswa, agar siswa juga siap
dalam menerima materi yang disampaikan menggunakan media pembelajaran. Calhaoun dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai
gambaran mental diri seseorang. Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri
merupakan gambaran seseoraang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan
dari keyakinan fisik, psikologis, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka
capai.[4]
Karena media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik, maka setidaknya siswa mampu mengenali dirinya dan mampu mengidentifkasi
kebutuhan-kebutuhannya.
Levie & Levie (1975) telah mereview
hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus
kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil
belajar yang lebih baik untu tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.[5] Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
ketimbang yang abstrak.
Berkaitan
dengan berbagai hal yang kongkret dan abstrak ini, teori Dale’s Cone of
Experience (Kerucut Pengalaman Dale, 1969) menjadi salah satu landasan teori
penggunaan media pembelajaran. Konsep kerucut ini merupakan elaborasi yang
rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan Bruner yakni
pengalaman langsung, pengalaman gambar, dan pengalaman abstrak. Hasil belajar
seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang
ada di lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui lambang tiruan, sampai
kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas dipuncak kerucut, semakin
abstrak media penyampai pesan itu.
Dasar
pengembangan kerucut bukan merupakan tingkatan kesulitan, melainkan tingkat
keabstrakan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling
bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu,
karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan
peraba. Inilah yang dikenal learning by doing misalnya keikutsertaan
dalam menyiapkan makanan, melakukan percobaan di laboratorium, dll.[6]
Hal tersebut mampu memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan pengetahuan,
ketrampilan, serta sikap.
Berbeda
dengan pendapat Jerome Bruner, dia mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic
representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu
menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner,
hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
Charles F. Haban juga mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak
pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang
berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Meskipun
demikian, dalam proses pembelajaran tidak harus dimulai dengan adanya
pengalaman langsung, tetapi dapat dimulai dengan jenis pengalaman yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya media pembelajaran yang
dapat menyampaikan dengan jelas pembelajaran yang akan disampaikan.
E.
Landasan
Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran
Teknologi pembelajaran menjadi suatu
bidang kajian khusus ilmu pendidikan dengan obyek formal “belajar” pada manusia
secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Belajar disini,
tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga belajar pada
keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Oleh karena itu, teknologi
pembelajaran berupaya merangsang dan menumbuhkan keinginan belajar siswa.
Teknologi
pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang menyangkut orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang
berkaitan dengan segala aspek belajar.[7]
Selain itu, teknologi pendidikan juga dapat diartikan sebagai media yang lahir
dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan.
Media
pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat
potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
- Meningkatkan
produktivitas pendidikan (Can make education more productive).
- Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make
education more individual).
- Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can give instruction a
more scientific base).
- Lebih
memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).
- Dengan media
membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/seketika (Can make
learning more immediate).
- Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal).[8]
Selain itu, penggunaan tekhnologi dalam
pembelajaran mempunyai nilai-nilai sebagai berikut:
1.
Media dapat mengatasi
berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik
2.
Media dapat mengatasi
ruang kelas
3.
Media memungkinkan
adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan
4.
Media menghasilkan
keseragaman pengamatan
5.
Media dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru
6.
Media dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
7.
Media dapat menanamkan
konsep dasar yang benar, kongrit dan realistis
Oleh karena
itu, media dalam pembelajaran sangat diperlukan, karena media dapat memberikan
dampak yang potensial bagi siswa. Pemecahan masalah juga dapat diselesaikan
dengan menggunakan media pembelajaran, sehingga ketika siswa mengalami
kesulitan dalam belajar, media pembelajaran mampu membantu dalam proses belajar
anak.
Menurut
Donald P Ely (1983), tekhnologi pembelajaran meramu sejumlah disiplin dasar dan
bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur, dan ketrampilan. Teknologi
pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari berbagai
teori, diantaranya adalah teori belajar dan pembelajaran, teori dan teknologi
komunikasi, teori dan teknologi informasi, dan teori ekonomi, dll. Menurut
Seels dan Richey (1994) beberapa disiplin ilmu lain yang menjadi akar
intelektual teknologi pembelajaran adalah psikologi, komunikasi, ilmu komputer,
bisnis, dan pendidikan.[9]
Teknologi
tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam pendidikan. Akan tetapi
teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau metodologi yang dapat
diterapkan dalam pendidian. Maka teknologi pendidikan menjadi usaha yang
sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan
prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang lain.[10]
Sasaran
akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan siswa untuk belajar. Untuk mencapai
sasaran akhir ini, teknologi-teknologi di bidang pembelajaran harus mampu
mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa
sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknologi berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian
teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah,
dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media
yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan
penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan
baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).
Dengan
demikian, dari sudut pandang teknologi, proses belajar setiap siswa akan
menjadi mudah dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik belajarnya. Dengan penggunaan teknologi yang tepat, maka akan
mudah untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan akan menjadi lebih baik dan tentunya akan menghasilkan peserta didik
yang berkualitas.
F.
Landasan
Sosiologis Penggunaan Media Pembelajaran
Kegiatan
pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua
generasi muda mengembangkan diri. Pendidikan menjadi media sosialisasi
pandangan hidup dan kecakapan yang harus diterima masyarakat (terutama
anak-anak).[11] Berkomunikasi merupakan bentuk interaksi yang dilakukan dengan orang
lain. Keinginan untuk berhubungan dengan orang lain merupakan naluri manusia
yang ingin hidup berkelompok. Komunikasi juga dibedakan menjadi 2, yakni
komunikasi langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini, komunikasi yang
menggunakan media pembelajaran adalah komunikasi tidak langsung. Komunikasi tidak
langsung menggunakan media sebagai perantara. Sering kali komunikasi jenis ini
disebut dengan mediated communication.[12] Media pembelajaran memiliki peranan yang sangat urgen dalam
memperlancar komunikasi.
Pendidikan
mampu memodifikasi dari perilaku yang dicapai melalui apalikasi kondisi yang diperkuat,
melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan
dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajaran menggantikan
peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua
data serta ketrampilan yang berguna bagi jabatan atau kedudukannya dibidang
tekhnologi di masa yang akan datang. Bantuan teknologi kepada manusia,
memungkinkan manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologi yang sangat
kompleks.[13] Disini, terlihat adanya pengaruh media pembelajaran terhadap keadaan
sosial yang terjadi disekitar siswa.
Kegiatan
pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja
dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin
intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan
tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. Untuk terciptanya
kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial
yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
IV.
ANALISIS
Perkembangan
IPTEK membuat proses pembelajaran harus diperkaya dengan penggunaan media
pembelajaran yang tepat guna. Sebab, dengan adanya media pembelajaran yang
digunakan, maka akan mempermudah guru menyampaikan materi, sebaliknya
mempermudah siswa untuk menerima materi yang disampaikan. Perlu adanya tinjauan
untuk memilih media pembelajaran, baik itu dilihat dari landasan psikologi, teknologi,
ataupun sosiologi. Ketiga hal tersebut tentunya memiliki keterkaitan satu sama
lain. Berikut analisis terkait ketiga landasan yang mendasari adanya penggunaan
media dalam pembelajaran:
1.
Landasan Psikologi
Penggunaan Media Pembelajaran
Landasan
psikologi lebih berbicara mengenai alasan mengapa media pembelajaran
dipergunakan, ditinjau dari kondisi siswa dan bagaimana proses belajar itu
terjadi. Belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan
perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan
berubahnya sikap seseorang yang telah belajar.
Pengetahuan
dan pengalaman itu diperoleh melalui alat indera siswa, oleh karena itu
diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau informasi (menurut
teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan yang telah diproses
itulah hasil belajar yang diperoleh. Disinilah media menjadi penting untuk
digunakan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Media memiliki peranan
penting sebagai pemberi stimulus terhadap siswa untuk mempermudah dalam proses
belajar.
2.
Landasan
Teknologi Penggunaan Media Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran sebagai perangkat lunak yang berbentuk cara-cara sistematis dalam
memecahkan masalah pembelajaran semakin canggih dan mendapatkan tempat secara
luas dalam dunia pendidikan (Suparman dan Zuhairi, 2004: 345-346). Dengan
demikian, aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah
belajar mempunyai bentuk kongkret dengan adanya sumber belajar yang
menfasilitasi peserta didik untuk belajar.[14]
Sasaran
akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan siswa untuk belajar. Untuk
mencapai sasaran akhir ini, para ahli teknologi di bidang pembelajaran
mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa
sesuai dengan karakteristiknya.
Semua
kegiatan ini dilakukan oleh para ahli teknologi berpijak pada prinsip bahwa
suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh
siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan
oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap pebelajar
akan dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik belajarnya.
3.
Landasan
Sosiologi Penggunaan Media Pembelajaran
Landasan
sosiologi memungkinkan adanya pengaruh interaksi antara individu satu dengan
yang lain. Dalam hal ini, komunikasi menjadi salah satu bentuk interaksi sesama
manusia. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif,
terlebih jika didukung dengan adanya media pembelajaran, maka akan semakin
memperlancar komunikasi.
Untuk
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah
nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang
mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat.
V.
KESIMPULAN
Penggunaan
media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas prestasi
belajar siswa. Dengan adanya media, proses pembelajaran menjadi efektif,
interaktif, dan efisien. Secara praktis media pembelajaran, bukan berarti
menjadikan pembelajaran menjadi proses yang kurang manusiawi (dehumanisasi)
ataupun menggusur peran siswa dalam belajar. Namun sebaliknya kehadiran media
tersebut sangat positif, asalkan siswa tetap menggunakan pendekatan humanisme
dalam pembelajarannya, dan dapat mengambil manfaat dari media tersebut.
Interaksi antara penggunaan
media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil
belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia
belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau
gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh
keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,
video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan
lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau
ceramah guru.
Jadi, dalam
menggunakan media pmbelajaran, selain memperhatikan kebutuhan siswa, juga
diperlukan tinjauan khusus landasan penggunaan media pembelajaran. Landasan
yang dapat kita gunakan sebgai acuan yakni landasan psikologi, tekhnologi,
maupun landasan sosiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Ghufron, M. Nur, dkk. 2010. Teori-Teori
Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Nasution.
2011. Tekhnologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Soyomukti,
Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Prawiradilaga, Dewi Salma dan
Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sudjana, Nana. 2007. Tekhnologi
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Warsito,
Bambang. 2008. Tekhnologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Wilkinson,
Gene L. 1984. Media dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali
Usman, Basyiruddin. 2002. Media
Pembelajaran.. Jakarta: Ciputat Pers
0 komentar:
Post a Comment