Balas Dendam, Memang Ada Baiknya?

 

Tahun 2018, Badan Kepegawaian Negara (BKN), membuka peluang untuk mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagai insan pendidik yang sudah beberapa tahun menjadi honorer, tentu kesempatan ini menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Dengan penuh kesadaran, saya memahami, PNS bukanlah segalanya, buka pula satu-satunya jalan mencari rejeki, tapi jika seseorang memang melabuhkan diri untuk menjadi abdi negara, maka sah-sah saja ya. Termasuk saya.

Saya sangat menyadari, proses seleksi yang ketat dan terbuka, menjadi salah satu harapan besar saya untuk bisa lolos PNS. Sebab, proses seleksi bisa disaksikan langsung secara live streaming. Untuk itu, saya bersama suami mencoba peruntungan mendaftar sebagai guru PAI SD di wilayah Mijen Kota Semarang. Awalnya, saya mencoba sendiri, namun setelah diskusi dengan suami, akhirnya dia mau untuk saya daftarkan menjadi peserta seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saat itu memang suami bekerja sebagai wartawan di VIVA.co.id, sehingga masih maju mundur untuk ikut seleksi, karena minimnya pengetahuan tentang proses seleksi.

Berbulan-bulan waktu saya dan suami gunakan untuk belajar bersama, namun saya yang lebih intens untuk belajar. Sedangkan suami, tetap sibuk liputan dan menulis, hanya belajar sekenanya saja. Seletah mendaftar dan melalui tahap seleksi administrasi, alhamdulillah kami dinyatakan lolos dan dapat melanjutkan seleksi kompetensi dasar (SKD). Dihari pelaksanaan tes SKD, ada beberapa nilai Tes Intelegensia Umum (TIU), Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP) yang harus lolos passing grade. Qadarullah, saya dan suami tidak ada yang lolos passing grade semua …. Hahaha. Saat itu kita tidak tahu saingan kita siapa, lolos passing grade atau enggak, intinya kita berdua enggak lolos passing grade semua …hahaha

Beberapa waktu berlalu, akhirnya muncul pengumuman hasil tes SKD, Qadarullah saingan kita semuanya tidak ada yang passing grade, alhasil peringkat 1, 2, dan 3 bisa lolos untuk ikut seleksi berikutnya yaitu seleksi SKB. Just info, q dan suami mendaftar di sekolah yang berbeda ya, jadi kita tidak saling bersaing. Dipengumuman, q dinyatakan peringkat 2, sedangkan suamiku peringkat 1. Jika dilihat dari nilai, jelas nilai ku tinggi dari nilai suamiku. Tapi, pesaing-pesaingku juga memiliki nilai yang tinggi, sedangkan pesaing suamiku nilainya standar dengan nilai suami.

Makin hari mendekati SKB, aku semakin giat belajar, dan suamiku masih seperti biasanya yang tetap sibuk liputan dan menulis. Belajar hanya sesekali saja. Dihari pelaksanaan SKB, selesai mengerjakan, aku lihat dipapan skor, qadarullah, nilaiku jauh lebih rendah dari nilai pesaingku. Fix, aku jelas tidak akan lolos, disitu kumenangis, hahahah. Disudut lain, suamiku melihat nilainya dan yasudah pasrah, karena nilainya juga enggak tinggi-tinggi amat, masih tinggi nilaiku saat itu. Karena sudah pesimis, akhirnya suamiku juga udah ogah-ogahan melihat nilai saingannya, dan pasrah untuk tetap jadi wartawan saja saat itu.

Beberapa waktu berlalu, tibalah pengumuman nilai integrasi SKD dan SKB. Aku tetap bisa menebak jika aku sudah tidak mungkin lolos, tapi ternyata keberuntungan berpihak pada suamiku. Meski nilainya tidak tinggi-tinggi amat, tapi ternyata pesaingnya nilainya lebih rendah dari suamiku. Selisih nilai integrasi suamiku dengan pesainganya hanya 0,014. Memang, rejeki tidak kemana… disitu aku bersyukur, setidaknya suamiku dulu yang lolos, aku mah gampang (aslinya juga sedih karena gak lulus).

Karena berbulan-bulan terbiasa dengan system belajar yang jor-joran, akhirnya perjalanan hidup seperti hampa. Aku diskusi dengan suamiku, meminta ijin untuk lanjut S2, jujurly, ini benar-benar pelarian setelah gagal lolos tes PNS. Setelah disetujui suami, aku mulai dengan dunia perkuliahan. Hingga ditahun 2019, ada seleksi CPNS Kembali. Setelah ditelusuri, ternyata hanya ada 1 lowongan PNS di dekat rumah, itupun jaraknya 15km. Dengan mantap dan pasrah, karena sadar, kalau persaingan dikabupaten pasti akan jauh lebih ketat, maka aku berusaha sekuat tenaga melalui dua jalur, jalur langit dan jalur bumi. Alhamdulillah, dari 60 peserta yang mendaftar, dan melalui serangkaian proses seleksi yang panjang, akhirnya aku lolos. Semua bukan karena aku yang hebat, tapi berkat doa orang tua, suami, dan keluarga yang kuat, hingga Allah mudahkan semuanya.

Sahabat, boleh kok kitab alas dendam, tapi balas dendam dengan hal-hal positif ya. Saat aku merasa ada yang hilang dariku, kecewa menghampiriku, aku mencoba untuk melampiaskan ke hal-hal positif, salah satunya lanjut S2. Saat ini, kadang q merasa ada yang hilang dariku saat aku bekerja, rasanya aku harus terus mengupgrade diri, tapi berat sekali. Maka, aku alihkan untuk ikut beberapa lomba yang sesuai passionku. Karena aku termasuk sulit mengerem isi pikiranku, diotak muter terus mau apa, bikin apa lagi ya, kalau bikin ini itu gimana ya? Sulit banget untuk mengeremnya.

Semoga perjalanan dan tulisan kehidupanku ini dapat menjadi manfaat untuk orang lain. Tetap berprasangka baik pada-Nya, sang Pemberi Kehidupan.

 

 

0 komentar:

Post a Comment

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan