About Me

Malikhah; seorang ibu rumah tangga yang juga ASN dan aktif mengajar di SMPN 1 Singorojo. Lahir pada tanggal 28 Oktober 1991, dengan semangat sumpah pemuda semangat menulis untuk meninggalkan jejak digital yang bisa bermanfaat untuk semua.

TENGGELAM DALAM DUNIA ARTIFISIAL

Oleh, Malikhah*

         Hakekatnya facebook menjadi alat komunikasi yang dapat diakses siapapun. Sampai bulan ini jumlah penggunanya mencapai 750 juta yang tersebar diseluruh dunia. Jumlah yang sangat fantastis ini, tentunya akan berdampak baik pula untuk pendirinya. Mark Zuckerberg sebagai pendiri facebook tentunya mampu mengeruk milliyaran dari hasil facebook ini. Selain itu, popularitas Mark Zuckerberg semakin menanjak. Bahkan dia terpilih sebagai tokoh Yahudi nomor wahid sejagat dalam pemilihan tahunan “50 Tokoh Yahudi Sedunia” yang digelar oleh surat kabar the Jerusalem Post sejak tahun lalu. Zuckerberg berhasil mengalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menempati posisi kedua. Sebelumnya, Zuckerberg juga terpilih sebagai tokoh tahun 2010 versi majalah Time.
     Jejaring sosial yang telah ditemukan sejak tahun 2004 ini, menjadi salah satu akun terpopuler. Bahkan akun twitter yang saat ini sedang berkembangpun belum mampu menandingi kepopuleran facebook ini. Meskipun telah banyak kasus-kasus yang terjadi akibat penyalahgunaan facebook, tetap saja para pengguna setia facebook tidak berpaling dari akun ini. Indonesia sendiri menjadi pengguna facebook terbesar ke 2 setelah Amerika Serikat yang memiliki jumlah pengguna facebook sejumlah 150 juta pengguna.
Bahaya Facebook
  Jumlah pengguna facebook di Indonesia sebanyak itu belum mampu menunjukkan angka ke-produktifannya, sebab rata-rata pengguna facebook membuka akun ini hanya 7 kali dalam sebulan. Akan tetapi dampak dari penggunaan facebook di Indonesia sangat terasa. Beberapa waktu lalu muncul laporan mengenai tanda-tanda orang kecanduan Facebook, misalnya para pengguna facebook mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman. Mereka juga rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag diri mereka di fotonya.
    Kecanduan situs jejaring sosial seperti facebook juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Selain itu, Jika pada malam hari kita masih sibuk mengomentari status teman kita, kita juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang menghabiskan waktunya didepan komputer juga akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.
     Banyaknya efek negatif yang diakibatkan oleh facebook ini seringkali tidak kita perdulikan. Meskipun kita bisa merasakan secara langsung dampaknya, namun itu tidak membuat diri kita untuk instropeksi diri. Ketergantungan kita terhadap facebook sering tak terbendungkan, sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk menata ulang penggunaan facebook secara baik dan benar.

       Kurangnya Social Gathering
      Meskipun menyandang sebagai akun jejaring sosial, namun, facebook tidak menunjukkan perkembangan yang baik terhadap kondisi sosial yang ada. Pertama, pengguna facebook menjadi semakin pikun akan keadaan yang berada dekat disekitarnya. Hubungan antar individu akan semakin jarang dilakukan. Terlebih ketika para individunya jarang menghadiri social gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga mereka akan lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Dan pada akhirnya ketika mereka berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena "berpisah" dari komputernya.
     Banyak dari mereka yang tidak paham dan mengenali orang-orang yang ada disekitarnya. Facebook akan semakin mendekatkan sesuatu yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Orang akan lebih senang berkomunikasi lewat facebook, dibanding berbicara secara langsung. Selain itu, orang akan lebih senang ketika berbagi cerita lewat facebook dibanding bercerita secara langsung. Mestinya, sebagai alat komunikasi, harusnya tidak meninggalkan kesan seperti itu.
     Kedua, mereka lebih senang untuk mengshare berbagai kata-kata alay dalam akun facebook. Banyak hal tidak penting tapi dibagikan kepada teman-temannya hanya sekedar untuk mendapatkan komentar ataupun like. Namun pada kenyataannya, justru hal itulah yang terkadang banyak disukai oleh para pengguna facebook. Meskipun hal-hal yang tidak penting yang dibicarakan. Dengan dalih FB (forum bebas), justru itu akan meracuni para pengguna FB dalam menggunakan akun tersebut dengan baik dan benar. Ketiga, banyak pokok bahasan dalam status pengguna facebook yang sering kali tidak layak untuk dibahas. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya pengguna facebook yang hanya berbicara masalah pribadi, yang mana permasalahan tersebut tak patut untuk dipublikasikan. Dengan adanya publikasi permasalahan pribadi, maka akan menimbulkan berbagai asumsi orang tentang itu terhadap kita yang belum tentu kebenarannya.
     Situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi pelengkap dari kehidupan sosial kita, namun seringkali yang kita temukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah. Sebagai pengguna dan penikmat adanya IPTEK, harusnya kita lebih bijak dalam memanfaatkan tekhnologi. Meskipun kita telah memiliki dan menguasai berbagai macam tekhnologi, tapi kesadaran kita sebagai makhluk sosial harus ditekankan kembali. Kita yang hidup berdampingan dengan banyak orang, harusnya kita lebih peduli dengan orang-orang disekitar kita.

*Penulis Mahasiswa Aktif Jurusan Akuntansi
Fakultas Tarbiyah 2010

JIWA SUTERA

Wajahku terapung dalam timbunan sampah
Cahaya batinku terbawa derasnya arus
Sifatku tertimbun batu nisan yang berjejer rapi
Realitas yang membentuk jiwa dan ragaku
Ku melangkah perlahan
Namun tak pernah sampai pada hakikat diriku sendiri
Tak pernah hiraukan !!!!
Pedulipun tidak....
Seakan dunia tertutup oleh timah hitam pekat
Kelak??????
Akankah datang jiwa-jiwa sutera ??
Untuk negeriku tercinta...


By_Cha_Cha

Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam

*Oleh, Malikhah
Pendidikan yang dibangun dengan paradigma yang salah, akan berdampak buruk terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan menjadi sarana bagi pembentukan intelektualitas, bakat, budi pekerti/ akhlak serta kecakapan peserta didik. Munculnya tindakan radikal yang dilakukan oleh para siswa, menunjukkan adanya kegagalan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Banyaknya tawuran antar pelajar seperti yang terjadi dibeberapa sekolah dan universitas, menjadi salah satu tolok ukur adanya kegagalan PAI. Tentunya, ada yang salah dalam proses pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah maupun di perguruan tinggi.
Permasalahan lain dalam bidang sosial seperti premanisme, pejudian dan minuman keras akhir-akhir ini juga semakin meningkat. Meskipun menjadi problem sosial, namun akar permasalahannya merupakan permasalahan moral. Permasalahan moral inilah yang menjadi tugas besar untuk para pendidik, terutama guru agama. Pendidikan agama yang menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman dan pengarahan jika terdapat penyimpangan moral, kini terlihat kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku yang positif.
Banyak penyebab adanya kegagalan pendidikan agama Islam di Indonesia. Mengutip teorinya Sigmund Freud, bahwa anak semenjak kecil telah membawa benih/ potensi untuk beragama. Oleh karena itu, potensi anak untuk beragama sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dalam perkembangan anak. Kemudian pendidikan agama diteruskan dan dikembangkan kembali di sekolah. Jika anak diarahkan dengan baik dan benar, maka perkembangan anak untuk mengenal agama akan semakin baik. Akan tetapi, pendidikan agama khususnya PAI yang hanya diberikan secara tekstual, menyebabkan siswa menjadi bosan terhadap materi-materi yang diberikan. Ekstrim jika mereka hanya memahami secara tekstual saja, dan kemudian mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Terorisme menjadi salah satu contoh nyata dari adanya kesalahan memahami agama secara tekstual.
Selain itu, paradigma siswa yang cenderung menganggap mudah atau bahkan katrok terhadap pelajaran agama, menjadikan siswa kabur akan ilmu agama Islam. Minimnya pengetahuan mereka tentang agama Islam, menjadi satu kelemahan untuk menanamkan karakter siswa menjadi pribadi berakhlak mulia. Karena pada dasarnya, pembentukan karakter siswa, tidak terlepas dari adanya pendidikan agama Islam.
Penyebab kegagalan pendidikan agama Islam yang tidak kalah pentingnya, pendikotomian antar umat beragama, menjadikan siswa cenderung eksklusif dan fanatik terhadap agama masing-masing. Sehingga mereka akan melakukan perbuatan apapun tanpa memperhatikan norma agama jika ada yang menentang ajaran mereka. Proses pembelajaran PAI yang cenderung mengalami kegagalan, mengindikasikan bahwa perlunya rekonstruksi ulang terkait proses pembelajaran agama di sekolah-sekolah.
Untuk mengurangi adanya dekadensi yang diakibatkan oleh faktor PAI yang kurang, ada beberapa hal yang harus dilakukan, seperti meningkatkan kualitas pendidikan agama, khususnya PAI. Dengan meningkatkan mentalitas dan metodologi dalam pembelajaran dengan memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik menjadi solusi solutif untuk meminimalisir adanya penyimpangan perilaku siswa. Sehingga siswa tidak hanya memahami PAI dalam ranah teori saja, akan tetapi secara praktiknya juga mampu dilakukan siswa. Paradigma siswa untuk menjadikan ilmu agama sebagai pandangan hidup juga harus dibangun, karena akan membuahkan pemikiran dan perilaku yang agamis.
Disisi lain, perlu adanya penyesuaian antara kurikulum dan metode pembelajaran agama Islam yang harus dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan jiwa anak. Selain itu, menciptakan lingkungan yang agamis dengan menanamkan dan membiasakan berperilaku yang sesuai dengan norma agama akan membantu memperbaiki moral siswa yang cenderung jauh dari norma agama. Untuk menjaga konsistensi dalam memperbaiki perilaku siswa akibat kegagalan PAI, harus ada upgrading untuk semua guru dan siswa. Ketika semua guru di sekolah mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan baik dan benar, maka siswa bisa mencontoh tindakan guru yang dipandang baik.

*Penulis adalah mahasiswi PAI (Pendidikan Akuntansi Islam), semester III

wajah kusut

Wajah-wajah kusut itu...
Termangu menghadap satu arah
Berjejer tak beraturan setengah melingkar
Mendengarkan khutbah panglima perang
Yang sedikit kaku
Wajah-wajah kusut itu...
Terus mengangguk-angguk
Seakan mengamini sabda nabi
Seraya menggoyangkan punggungnya
Yang mulai terasa nyeri
Wajah-wajah kusut itu...
Memilih tetap membatu
Meski tak tahu
GSG, 21 agustus 2011
00.15 am

Mengukir Kasih Sayang Ayah

Mengukir Kasih Sayang Ayah
Ayah .. ingin ku sandarkan bahu ini padamu
Ayah .. ingin ku caritakan keluh kesah ku padamu
Ayah .. tak ada yang mampu menggantikanmu sebagai sosok yang ku kagumi
Ayah .. perjuanganmmu .. amat berarti untukku
Ayah .. semangatmu untuk kami begitu berharga
Tak kan pernah ada kata “ terganti “ buat mu
Kasih sayangmu... jauh lebih bernilai dari apa yang telah kami berikan padamu
Ingin ku sapa wajahmu yang elok tiap pagi...
Meskipun jauh.. tapi tetap kurasakan aroma kasih sayangmu pada kami...
Kami menyayangimu Ayah...


By_Eri3@cha_cha

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan