About Me

Malikhah; seorang ibu rumah tangga yang juga ASN dan aktif mengajar di SMPN 1 Singorojo. Lahir pada tanggal 28 Oktober 1991, dengan semangat sumpah pemuda semangat menulis untuk meninggalkan jejak digital yang bisa bermanfaat untuk semua.

Maghrib,


Maghrib,
Engkau datang disela-sela duyungan orang di jalanan
Seketika terdengar suara mu
Maghrib
Entah, setelah itu ditinggal atau ditunaikan
Maghrib,
Bagaimanapun engkau
Hanya diam melihat sekumpulan orang melewatkanmu
Tanpa sapaan ...

Untuk Sebuah Nama


Diberandamu aku mengejamu 

Sebuah nama yang tentu tla mengakar disanubariku

Dibalik jendela, engkau menyelinap

Tak berani tuk sekedar berucap

Sapaan hangat pun tak kau ucap

Ku tunggu sepuluh menit berlalu

Dan kau masih dibalik kerenda biru nan ayu

Meski hanya membisu

..................................

Demi Engkau


Seorang bapak berjalan sepuluh derajad dari sebrang jalan

Menggendong anaknya yang tak bernyawa

Sementara itu, sang ibu mengiringi langkahnya

Seuntai mawar merah menghiasi perjalanan itu

Demi engkau,

Dipenghujung waktu ...

IDIOM


Kata tak berarti makna

 Begitupun sebaliknya

Engkau tak berarti dirinya

Karna ku tahu, “tak sama”

Begitulah ku memahaminya ..

KEMBALI


Masih ku ingat beberapa baris janji anggrek pada sang akar

Masih ku ingat jua cerita tentang mawar dipenghujung duri

Masih ku ingat pula beberapa bunga delima berjalan merintih

                    Sementara, ku tak ingat lagi kapan kembalinya

Semalam


Dikala senja menggugurkan niatnya tuk pergi

Disaat awan hitam memulai aktivitasnya

Disaat rerumputan mulai enggan bergerak

Disitulah ku ambil beberapa spasi untuk sebuah penantian

Disitulah ku memulai kehidupan

Yang selama ini jauh dari ketenangan

Yang selama ini jauh dari keindahan

, Semalam . . .


Dikala senja menggugurkan niatnya tuk pergi

Disaat awan hitam memulai aktivitasnya

Disaat rerumputan mulai enggan bergerak

Disitulah ku ambil beberapa spasi untuk sebuah penantian

Disitulah ku memulai kehidupan

Yang selama ini jauh dari ketenangan

Yang selama ini jauh dari keindahan

, Semalam . . .

BEM FP MIPA IKIP PGRI Semarang Sambangi Walisongo


Semarang-(9/3) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FP MIPA) mengunjungi Badan Eksekutif Fakultas (BEMF) Tarbiyah Walisongo Semarang. Acara yang digelar di kantor BEMF tersebut berlangsung selama tiga jam. “Kunjungan bilateral ini merupakan salah satu agenda yang untuk menjalin kerja sama antar universitas”, ungkap Taat Rifani Presiden BEMF Tarbiyah.
Kunjungan ini diikuti oleh 18 pengurus BEM FP MIPA. Dalam kunjungannya, Iqbal Syahputra selaku wakil Presiden BEM FP MIPA mengatakan bahwasanya ini merupakan kunjungan ke luar untuk pertama kalinya. “Selama ini BEM FP MIPA tidak pernah keluar, sehingga untuk kepengurusan tahun ini kami akan memperluas jejaring dengan universitas lain”, tutur Ma’ruf Hanafi, Presiden BEM FP MIPA.
Dalam acara tersebut, baik BEM FP MIPA maupun BEMF Tarbiyah saling share tentang profil dan program kerja masing-masing. “BEMF Tarbiyah sistem perpolitikan kampus yang mereduksi sistem sistem pemerintahan di Indonesia”, jelas Taat sapaan akrabnya. Menurut keterangannya, dia menjelaskan bahwa BEMF Tarbiyah memiliki kabinet yang bernama AMPERA. “APERA atau Amanat Perjuangan Rakyat bukanlah nama sebuah jembatan yang ada di Palembang. Nama ini memiliki nilai-nilai filosofi yang sangat mendalam”, kata Taat. Taat menegaskan bahwa Kabinet AMPERA ini terdiri dari beberapa kementrian, diantaranya Kementrian Dalam Negeri, Luar Negeri, Sosial Politik, Pendidikan dan Penalaran.
Senada dengan Taat, Hanafi mengatakan bahwa BEM FP MIPA juga menjadi lembaga perpolitikan di kampus. “Pemilihannya dilakukan dengan cara konferensi untuk tingkat fakultas”, ujar Hanafi.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa di BEM FP MIPA memiliki enam departemen. “Beberapa departemen yang ada di BEM FP MIPA antara lain Advokasi politik, Pendidikan, Sosial dan masyarakat, informasi dan komunikasi, pengembangan sumber daya mahasiswa, dan pemberdayaan perempuan”, jelasnya. Hanafi menuturkan bahwa komposisi jumlah pengurus masing-masing departemen berbeda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Berbeda dengan BEMF Tarbiyah, Taat mengatakan, “komposisi jumlah pengurus masing-masing kementrian berjumlah empat orang”.
Sharing pengalaman menjadi pokok bahasan temu BEM tersebut. “Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan mampu menjalin kerjasama, tukar pengalaman, baik dalam kegiatan maupun hal lain dan komunikasi lebih lanjut, Taat.

                                                                        By:: Malikhah
                                                                        *Direktur SRIKANDI

HINGGA


Hingga ..
Hingga berucap yang tak semestinya diucapkan
Yah ... sesuatu yang dirasa perlu kau simpan
Tak perlu kau umumkan ...
            Dan ketika ...
            Ketika semua akan tau ...
            Sejuta pertanyaan semakin memburu
            Itukah yang kau mau???
Selama ini ...
Selama ini terlalu sibuk dengan ego sendiri
Hingga tak pernah saling mengerti
Yah, itulah diri sendiri ..



                             By:: Cha_Cha
            

PEREMPUAN DAN MISOGAMI


Misogami menjadi sebuah pilihan bagi seorang perempuan. Pada dasarnya, setiap perempuan tentu tidak mau memilih hal seperti ini. Misogami menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan sebuah keengganan atau kebencian terhadap sebuah perkawinan. Beberapa perempuan memegang prinsip seperti itu, mereka enggan untuk menikah. Hal ini tentu bukan tanpa alasan.
Menikah menjadi sebuah ritual sakral yang akan membawa kehidupan seseorang untuk membuka lembaran baru disisa akhir hidupnya bersama pasangan. Di Indonesia itu, ritual pernikahan menjadi sebuah budaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya di Jawa, Orang jawa melaksanakan pernikahan dengan beberapa rangkaian acara, dimulai dari lamaran, pingitan, siraman, sungkeman, akat nikah, dan temon. Tentunya pada saat itu, calon pengantin akan merasa bahagia tat kala hari pernikahannya telah tiba. Berbagai persiapan untuk menuju satu upacara sakral menjadi momentum paling berharga dalam hidup seseorang.
Nah, meskipun sebuah pernikahan menjadi acara istimewa bagi sepasang kekasih, namun bagi orang-orang tertentu hal itu justru menjadi momok yang menakutkan. Banyak hal yang melatarbelakanginya, diantaranya trauma pada masa lalu. Bisa jadi, pengalaman akan masa lalu tentang kehidupan rumah tangga orang tuanya bisa jadi pemicu. Seorang anak, jika melihat kehidupan rumah tangga orang tuanya tidak harmonis, tentu akan berdampak  pada psikologi anak. Pada akhirnya, pilihan untuk tidak mennikah akan jadi sebuah keputusan.
Sebenarnya misogami menjadi sebuah bumerang bagi perempuan. Tengok saja, di Eropa banyak perempuan yang enggan menikah, namun banyak diantara mereka yang tetap melakukan hubungan seks. Status sosial yang dimiliki seseorang pasca menikah lah yang menjadi problem bagi kaum misogami. Adanya pandangan bahwa sebuah pernikahan hanya akan menjadi pembatasan bagi seseorang, bisa jadi alasan mengapa para perempuan tetap pada pendiriannya, yakni enggan menikah.
Terlepas dari adanya fenomena misogami, perempuan menjadi sosok hebat dibelakang suksesnya seorang laki-laki. Konco wingking yang telah meresap pada diri seorang perempuan, tentu menjadi sebuah kekuatan pendorong bagi laku-laki. Perempuan memiliki kekuatan besar untuk memberikan pengaruh bagi laki-laki. Oleh sebab itu, bagi perempuan yang memilih untuk hidup sendiri, dan tidak menikah bukan hal tabu. Mereka memiliki sejuta alasan untuk memegang sebuah pilihan “Misogami”.


“Selamat Hari Perempuan, 08 Maret 2013”
By:: Malikhah
*Direktur SRIKANDI 

BUKAN


Rasa-nya tak seperti Rasa-ku
Rasa yang tak pernah bisa tertutupi halusnya sutra
            Bagahia bercucuran air mata, tak jua meredam segala asa
            Yang seharusnya, kini menjadi tak seharusnya
            Yang dirinya, tak lagi menjadi dirinya
Perlahan terlihat samar
Dan tak lagi menjadi yang sebenarnya
Gaungnya pun semakin tak terdengar
Terkikis oleh kehidupan orang lain, yang tak seharusnya berkuasa
            Semakin harus mempertimbangkan
            Lambaian tangan, tanda perpisahan
            “Menyatu”, selalu tak terwakili dalam rajutan kata ini
Tak berharap ada yang mengerti, karena tak kan ada yang mengerti
Masih adakah, pilihan yang tak seharusnya dipilih?
Hingga semua tak jelas alurnya
Hingga semakin bertanya, kemana jiwa selama ini
            Ceritanya bukan lagi elang yang terbang bebas,
            Bukan pula mawar yang bisa mekar setiap saat
            Bukan mentari yang selalu menyinari pagi
            Dan hujan pun kini tak mampu membasahi seisi bumi  


                                                                                           By:Cha-Cha

PILIHAN


Kenapa?
Kenapa harus dirasa?
sekeciL apapun ...
       Karena punya hati dalam diri
       Semua orang punya hati yang tak perlu dipertanyakan lagi
       "Perlu dihormati atau tidak?”
Kata menjadi sebuah alat, yang mampu meramu sebuah kalimat
Terkadang terangkai dengan sangat menyakitkan
Hingga terlihat dengan sikap
Sulit untuk menyadarinya
      Bukankah kau selalu ingatkan janji-janji yang patut ditepati?
      Bukankah harus selalu punya sedetik waktu tuk bersama
“Kasar”, menjadi pilihan
Baiklah, mungkin tak bisa lagi
Teramat menyakitkan, 

“CHARACTER EDUCATION FOR CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS”


Diakui atau tidak, bangsa Indonesia tengah mengalami krisis multidimensi. Hal ini menjadi polemik panjang yang harus diselesaikan bersama. Adanya krisis multidimensi yang tengah terjadi ini, ditengarai akibat tergerusnya jati diri bangsa Indonesia. Karakter bangsa semakin samar-samar, sehingga mudah terjadi konflik di Indonesia. Menurut Aristoteles, karakter erat kaitannya dengan “habib” atau kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan. Dalam pendidikan karakter, pembiasaan menjadi aspek penting dalam penanaman nilai terhadap anak didik. Menurut Thomas Lickona, dalam mendidik karakter terdapat 3 aspek penting yakni, knowing, loving, and acting the good. Menurutnya, keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Pendidikan karakter semakin menjadi sebuah perbincangan hangat baik dikalangan akademisi maupun non akademisi. Begitu ramainya pembicaraan tentang pendidikan karakter, hingga pemerintah Indonesia berencana mengesahkan kurikulum 2013. Korelasinya, kurikulum 2013 lebih menekankan kedalam aspek pendidikan karakter. “Kurikulum Pendidikan Karakter” menjadi nama baru untuk 2013 ini. Selama ini, yang selalu diwacanakan adalah pendidikan karakter untuk pendidikan formal, non formal, dan informal untuk anak-anak normal. Fenomena yang terjadi di Indonesia, banyak anak-anak didik dengan kemampuan normal, namun disisi lain banyak pula dari peserta didik yang mengalami keterbatasan. Dalam hal ini, peserta didik yang memiliki keterbatasan ini biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus/ ABK atau (children with special needs).
Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti proses pendidikan karakter yang dibangun untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Tentu akan menarik, sebab dengan adanya keterbatasan yang dimiliki anak, tentu akan berpengarus terhadap proses transfer of knowledge and value. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengangkat pembahasan tentang pendidikan karakter untuk ABK.




                                                                                            By:: Malikhah
                                                                                            Direktur SRIKANDI

“Pendidikan Inklusif dari Perspektif Aliran Kepercayaan di Semarang”


Indonesia memiliki semboyan yang patut dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”. Semboyan ini mengandung nilai-nilai filosofis sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan, kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri dsb. Kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb.
Dalam hal ini, kebhinekaan horizontal lah yang seringkali menjadi permasalahan di negeri bumi pertiwi ini. Banyak kasus tentang perselisihan antar suku, budaya daerah yang tidak diakui sehingga mendapatkan pengakuan dari negara lain. Perselisihan dengan frame agama juga semakin menambah bumbu sedap dalam permasalahan penyikapan kebhinekaan. Makna luas yang terdapat dalam nilai-nilai kebhinekaan tentunya menjadikan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda. Pemahaman yang radikal, justru akan memicu adanya konflik dalam masyarakat. Hal ini berimbas pada sikap yang yang tentunya tidak jauh dari persepsi masing-masing orang atau kelompok. Pemahaman radikal yang konservatif juga mampu meningkatkan intoleransi di masyarakat serta kontradiksi antara konstitusi dan regulasi yang mengancam kebebasan dalam beragama.
Masyarakat Indonesia tentu mendambakan kondisi dan situasi yang damai tanpa adanya perselisihan. Perselisihan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan menjadi hal yang harus kita hindari. Kesadaran akan indahnya perbedaan perlu di internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu untuk mewujudkan semua itu, diperlukan adanya pendidikan yang mampu menyikapi perbedaan dengan baik. Sikap eksklusif saat ini menjadi hal yang harus dihindari, sehingga masyarakat mampu menghadapi tantangan jaman dan juga tidak radikal dalam memandang perbedaan. Pendidikan inklusif tentu dapat memberikan efek positif yang mampu membawa seseorang untuk berpikir lebih terbuka. Sehingga setiap orang dapat menerima perbedaan, baik suku, ras, agama, bahasa, tempat tinggal dan sebagainya.
Frame pendidikan inklusif pun terkadang juga mengandung banyak persepsi. Sikap terbuka dalam menyikapi perbedaan yang ada antar kelompok tentu berbeda. Setiap kelompok memiliki proporsi berbeda dalam bersikap inklusif. Oleh sebab itu, dirasa perlu membuka wacana akan pendidikan inklusif yang dilihat dari sudut pandang beberapa aliran keagamaan di Semarang. Dalam hal ini, Jawa Tengah menjadi sebuah daerah dengan keragaman yang sangat banyak. Salah satunya adanya aliran-aliran kepercayaan yang beragam, tentu memiliki standarisasi dalam menyikapi adanya pendidikan inklusif. Oleh sebab itu, tema ‘Pendidikan Inklusif dari Perspektif Aliran Kepercayaan di Semarang’ penting untuk didiskusikan. Mau tau lebih lanjut? Segera tunggu tanggal mainnya, 29 Maret 2013.


Indonesia memiliki semboyan yang patut dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”. Semboyan ini mengandung nilai-nilai filosofis sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan, kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri dsb. Kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb.
Dalam hal ini, kebhinekaan horizontal lah yang seringkali menjadi permasalahan di negeri bumi pertiwi ini. Banyak kasus tentang perselisihan antar suku, budaya daerah yang tidak diakui sehingga mendapatkan pengakuan dari negara lain. Perselisihan dengan frame agama juga semakin menambah bumbu sedap dalam permasalahan penyikapan kebhinekaan. Makna luas yang terdapat dalam nilai-nilai kebhinekaan tentunya menjadikan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda. Pemahaman yang radikal, justru akan memicu adanya konflik dalam masyarakat. Hal ini berimbas pada sikap yang yang tentunya tidak jauh dari persepsi masing-masing orang atau kelompok. Pemahaman radikal yang konservatif juga mampu meningkatkan intoleransi di masyarakat serta kontradiksi antara konstitusi dan regulasi yang mengancam kebebasan dalam beragama.
Masyarakat Indonesia tentu mendambakan kondisi dan situasi yang damai tanpa adanya perselisihan. Perselisihan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan menjadi hal yang harus kita hindari. Kesadaran akan indahnya perbedaan perlu di internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu untuk mewujudkan semua itu, diperlukan adanya pendidikan yang mampu menyikapi perbedaan dengan baik. Sikap eksklusif saat ini menjadi hal yang harus dihindari, sehingga masyarakat mampu menghadapi tantangan jaman dan juga tidak radikal dalam memandang perbedaan. Pendidikan inklusif tentu dapat memberikan efek positif yang mampu membawa seseorang untuk berpikir lebih terbuka. Sehingga setiap orang dapat menerima perbedaan, baik suku, ras, agama, bahasa, tempat tinggal dan sebagainya.
Frame pendidikan inklusif pun terkadang juga mengandung banyak persepsi. Sikap terbuka dalam menyikapi perbedaan yang ada antar kelompok tentu berbeda. Setiap kelompok memiliki proporsi berbeda dalam bersikap inklusif. Oleh sebab itu, dirasa perlu membuka wacana akan pendidikan inklusif yang dilihat dari sudut pandang beberapa aliran keagamaan di Semarang. Dalam hal ini, Jawa Tengah menjadi sebuah daerah dengan keragaman yang sangat banyak. Salah satunya adanya aliran-aliran kepercayaan yang beragam, tentu memiliki standarisasi dalam menyikapi adanya pendidikan inklusif. Oleh sebab itu, tema ‘Pendidikan Inklusif dari Perspektif Aliran Kepercayaan di Semarang’ penting untuk didiskusikan. Mau tau lebih lanjut? Segera tunggu tanggal mainnya, 29 Maret 2013.


                                                                                   By: Malikhah San

Seharusnya

       Kebahagiaan itu, entah dari mana datangnya ia akan selalu membuat hati tenang. Ketenangan itulah yang sering dicari oleh banyak orang.
      Sore ini, entah berapa detik ku habiskan tuk sekedar menikmati indahnya hidup ini, dan kebahagiaan itu terasa begitu indah, seharusnya. 
      Untuk sebuah pengorbanan, tentu tak ada yang sia-sia. Hingga ketika kekecewaan itu datang, tak perlu ada kata sesal. 
    Sejauh kita melangkah, tak kan pernah kita tahu kuasa Tuhan untuk kita. Detik berlalu, rencana itu semakin menghantui, tak kala kita tak menghendaki. Apapun sebabnya, kalaupun tak sesuai hati nurani kan terasa hambar meski untuk sekedar mengingat. 

Ejaan Bersama

Mengeja hidup bersamamu

           Disaksikan laut biru, seolah memberi senyuman dengan gelombangnya

Hembusan angin pun, turut mengisi keindahan dalam hati

          Rintik hujan pun, turut mengamini setiap doa yang qta panjatkan

Mentari pun turut mengiringi langkah qta tuk bersama

         Semesta tersenyum nan indah, tat kala dua pasang bola mata berjalan mengiringi alunan nada indah

Ketulusan menjadi kunci tuk qta bergandeng tangan bersama, selamanya .....

Peningkatan Produktifitas, Lewat Website



Website Edukasi merupakan salah satu sarana menulis bagi seluruh anggota Edukasi maupun mahasiswa. Pembekalan untuk launching website Edukasi tengah dilaksanakan di Hall Edukasi. Acara perdana (6/3) yang digelar oleh LPM Edukasi ini dihadiri oleh seluruh anggota Edukasi. M. Andy Hakim selaku Pimpinan Umum LPM Edukasi mengatakan, “website Edukasi ini menjadi sarana untuk meningkatkan produktifitas bagi seluruh anggota Edukasi”. Andy yang hadir disela-sela kesibukan PPL nya, menuturkan bahwa banyak mahasiswa yang mengeluhkan minimnya sarana informasi yang diberikan dari Edukasi. Lewat website inilah, selain sebagai ajang penyajian informasi, juga sebagai ajang untuk terus berkarya, sehingga anggota Edukasi mampu lebih produktif.
Dalam acara ini turut hadir pula senior Edukasi angkatan 2001, yang juga aktif menulis diberbagai media, M. Rikza Chamami. Dia menuturkan bahwa website ini merupakan salah satu bentuk perkembangan LPM Edukasi yang sangat baik. “Saat jaman saya, media online belum begitu populer, sehingga akses informasi masih tergolong sulit”, tuturnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menulis sehingga berbagai tulisan buah karya nya mampu menjamah seluruh media massa yang ada, baik dikoran lokal maupun nasional.
Rikza, begitu sapaan akrabnya, mengatakan bahwa media online harus selalu up to date. Ada beberapa prinsip jurnalistik online yang patut dijaga oleh anggota Edukasi. “Seorang jurnalis online harus memegang prinsip, keringkasan, kemampuan beradaptasi, dapat dipindai, interaktifitas, dan komunitas percakapan”, tegasnya.
Media online sangat terkenal dengan beritanya yang selalu up to date. Rikza menekankan pentingnya tulisan yang disajikan adalah tulisan ringkas, namun isinya mengena. “Tulisan yang terlalu panjang akan menjadikan pembaca bosan, tulislah dengan ringkas dan simple”, jelas Rikza yang juga pengelola website Lab. Pendidikan. Rikza juga menyampaikan bahwa seorang jurnalis jangan terlalu sering berdiskusi, namun perlu untuk terus mengasah kemampuan menulisnya”, pungkasnya.

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan