About Me

Malikhah; seorang ibu rumah tangga yang juga ASN dan aktif mengajar di SMPN 1 Singorojo. Lahir pada tanggal 28 Oktober 1991, dengan semangat sumpah pemuda semangat menulis untuk meninggalkan jejak digital yang bisa bermanfaat untuk semua.

Tentukan Sikap, Optimis Akan Masa Depan


            Zaman jahiliyah bisa jadi kembali lagi hadir di era globalisasi ini. Jahiliyah yang dalam bahasa Arab: جاهلية, (jahiliyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang berarti "ketidaktahuan akan petunjuk ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan". Meskipun petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT telah ada, namun banyak orang yang melalaikan bahkan melupakan. Imbasnya, tindakan yang dilakukan tidak didasari atas pemahamannya akan agama.
            Mencuatnya berbagai aksi pemerkosaan, pencabulan, bahkan sodomi menjadi salah satu indikasi merebaknya tindakan jahiliyah. Betapa tidak, generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuan bangsa, yang seharusnya menjadi harapan masa depan justru digerogoti masa depannya.
Banyaknya kasus tindakan asusila yang muncul akhir-akhir ini menjadi sebuah keprihatinan yang dalam bagi bangsa. Terlebih korban dari tindakan tersebut adalah anak-anak yang masih dibawah umur. Secara psikologis tentu akan menimbulkan dampak yang maha dahsyat saat mereka tumbuh besar kelak. Peristiwa asusila yang dialami oleh anak, telah merenggut seluruh kebebasan dan keindahan masa kanak-kanak.
           Dampak psikologis merupakan salah satu dampak yang dialami anak korban asusila. Sedangkan dampak bagi kesehatan anak juga sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Penyakit kelamin yang diderita pelaku asusila bisa jadi ditularkan melalui tindakan asusila. Bahkan, bisa jadi anak-anak korban asusila menderita HIV AIDS akibat tertular dari pelaku asusila. Dampak lain semisal dikucilkan dari lingkungan sekitar tentu saja mempengaruhi kondisi anak.
Ironis dengan kondisi bangsa saat ini.
            Ditengah-tengah derasnya arus globalisasi, seharusnya masyarakat Indonesia akan senantiasa siap menghadapi perkembangan informasi dan tekhnologi, namun justru sebaliknya. Kemudahan akan akses informasi dan kemajuan tekhnologi justru disalahgunakan. Banyak masyarakat kita menggunakan internet hanya untuk membuka situs porno. Ada juga yang menggunakan jejaring sosial sebagai alat untuk melancarkan tindakan penculikan dan asusila.

Saatnya Berbenah

           Masyarakat era globalisasi ini memang penuh tantangan. Mereka harus siap dengan segala perubahan yang terjadi setiap saat. Isu-isu tentang kapitalisme, hedonism, pragmatism saat ini sudah tidak sekedar isu belaka. Lebih dari itu, tanpa disadari seperti hedonism, pragmatism telah mengakar dikalangan masyarakat Indonesia.
          Lawan masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya persoalan cerdas mempergunakan teknologi ataupun cerdas dalam mengakses informasi semata. Cerdas dalam memilih dan menentukan sikap merupakan salah satu langkah yang juga harus diperhatikan. Gaya hidup ala era globalisasi saat ini patut diwaspadai.
Disisi lain, tindakan waspada terhadap tiga lingkaran setan juga patut diantisipasi. Tiga lingkaran setan yang kapanpun bisa menjerat rakyat Indonesia sangat berbahaya. Seksualitas, NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zan adiktif lainnya), dan HIV/AIDS menjadi tiga lingkaran setan yang siapa saja bisa masuk jika tidak mampu mengendalikannya. Tindakan asusila yang kian marak ini, merupakan dampak seksualitas. Minimnya pengetahuan akan seks, menimbulkan sikap dan perilaku seks yang menyimpang.
           Hari kebangkitan Nasional ini harus menjadikan generasi muda bangkit dari segala macam kemanjaan yang ditawarkan oleh era globalisasi. Sikap waspada terhadap segala perubahan harus dipegang kukuh agar tidak terjerumus dalam lembah neraka dunia tentu saja diiringi dengan pemahaman agama yang kukuh. Terhadap anak-anak yang menjadi korban asusila, selayaknya kita memberikan dukungan, semangat, dan motivasi agar bangkit kembali menjadi generasi yang berkualitas. Segala keburukan dan kebobrokan bangsa Indonesia, hapus dengan sikap optimis kaum muda. Songsong hari esok untuk lebih baik, lebih berkualitas, dan lebih bermanfaat.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional, Bangkit Terus Generasi Muda!!!!!



KKN Cihuiiiyyyy

oleh, Malikhah
            Genuk sebagai salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Ungaran Barat menjadi tempat bernaungku selama 45 untuk melaksanakan tugas KKN (Kuliah Kerja Nyata). Yah, posko 19 menjadi posko aku dan kawan-kawan. Pertama kali survey ke kelurahan Genuk, sepintas terasa biasa saja, tidak ada yang istimewa.
            Panorama indah pengununganlah yang nampah wow kala itu. Genuk merupakan salah satu wilayah yang berada di kaki gunung Ungaran. Pantas saja keindahan gunung Ungaran juga bisa dinikmati dari posko kami. Masyarakat setempat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan juga buruh pabrik.
            Masyarakat setempet tergolong telah maju dengan program berbagai pengembangan desa. Bahkan lebih maju dibandingkan dengan desa tempat aku lahir. Diakui atau tidak, Genuk yang terletak di samping kantor DPRD Jawa Tengah, termasuk desa metropolis. Dekat dengan beragam pabrik, kantor pemerintan, akses utama jalan menuju Solo Jogja.
            Tidak bermaksud membandingkan dengan desaku, karna aku rasa masing-masing desa memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri. Hanya saja, aku pikir KKN di wilayah Genuk ini terasa amat sangat kurang maksimal. Masih banyak desa yang seharusnya dijamah untuk di KKN-i, KKN di Genuk terasa dipaksakan wilayahnya.
            Tak boleh berhenti dan pasrah dengan keadaan dong ya…
            Genuk termasuk desa yang mendapatkan kesempatan mengikuti lomba PHBS (Perlombaan Hari Bersih dan Sehat) tingkat provinsi. Ini jelas menunjukkan kalau Genuk memiliki potensi yang luar biasa. Beberapa potensi yang dimiliki diantaranya, masyarakat setempat di salah satu RW memanfaatkan plastic bekas untuk bahan ketrampilan. Di RW yang lain misalnya, para anggota keluarga membiasakan untuk budidaya tanaman obat keluarga (toga). Ada pula yang di RW nya mengembangkan usaha koperasi warga dan juga pengelolaan posyandu.
            Progresivitas masyarakat terlihat sangat bagus. Ibu-ibu dengan potensinya masing-masing berusaha menghidupkan potensi daerah Genuk, begitu pula dengan bapak-bapak di Genuk. Keberagaman dalam urusan keyakinan di Genuk juga patut diapresiasi. Masyarakat Genuk yang terdiri dari berbagai keyakinan, mampu hidup rukun dan saling bekerja sama.
            Sayangnya generasi muda di wilayah Genuk tidak menunjukkan progresivitas yang mumpuni. Meski terlihat kompak dibeberapa acara, namun kegiatannya masih kurang progress. Meski demikian, kekompakan remaja Genuk sangatlah erat.
            Tahu jika masyarakat Genuk telah maju dengan berbagai potensi, ini memberikan kesempatan emas untuk belajar banyak di desa Genuk.
            Inilah Poskoku
            Setiap kehidupan tentu memiliki cerita suka dan duka. Cerita suka sih banyak, dengan 15 orang dengan 15 karakter yang beragam dalam satu tim menjadikan posko semakin berwarna dan seru.
            Kordesnya tu Sukardiyanto, anak Ushuluddin, karna dia satu-satunya anak Ushuludin, akhirnya dia di bully dan dipaksa untuk jadi kordes (begitu cerita tragisnya)..hikhik… Lanjut… Sekdes alias sekretaris desanya aku dong ya.. Malikhah San.. Karna aku nggemesin jadinya aku juga ikut dibully dan dipaksa untuk jadi Sekdes. Karna aku dibully dan dipaksa, aku jarang banget ngerjain tugas-tugasku sebagai sekdes. Akhirnya aku dibantu oleh Malihatun Nisa. Dia ini selirnya sekdes nomor satu..wwkwkwk.. dia dari jurusan Bahasa Arab, orangnya pinter lo ya bahasa Arabnya.
            Lanjut, ada si Lulu yang hobi dibully sama temen-temennya. Dia ini selirnya pak kordes nomor dua. Saking seringnya dibully, dia jadi kayak bully pimpong…upzz,… orangnya cerewet sumpeh… gak pernah bisa diam, tidur pun masih bisa ngomong…wkwkwk
            Si kecil-kecil cabe rawit juga ada di posko 19. Dia selir pak Kordes nomor 3. Anaknya kecil, lucu, imut-imut.. tiap harinya ngajar anak SD, kalo liat orangnya lagi ngajaar, kamu gak bakalan bisa bedain mana gurunya mana muridnya..hewhewhew… ada juga Fidin yang jadi selirnya kordes no. 4. Fidin ini paling rajin kalo ngajara anak-anak TK. Suka nyanyi-nyanyi lagu-lagu anak TK gituh.. wawawa
            Poskoku ada Maliha lagi.. yah, dia selirnya kordes no. 5. Anaknya kecil tapi pinter dan pendiem. Kalo di kamar mandi, ya ambruk .. lamanya book… sampe sering tak dobrak-dobrak tu kamar mandi. Jahatnya aku ya..wkwkwkw…. ada juga Firoh yang biasa dipanggil teteh.. dia selirnya kordes no. 6.. kalo masak.. hot jreng jreng.. uenak .. hobinya di posko adalah PKK-nan sama ibu-ibu…hihihi
            Ada juga Ummu, selir kordes no. 7. Teh Ummu ini anak bahasa Inggris, pendiem, lucu, kalo malam pasti minum susu putih… katanya biar tulangnya kuat kayak baja.. hwhahahwhwa.. ngeweh… ada juga mbak Lala.. selir kordes no. 8 “buset.. kordes selirnya delapan bro”. Dia ini paling hobi liatin HP sama telpon-telponan.. biar hujan badai menerjang, dia tak kan peduli.. yang penting telpon dan liatin HP.. wkwkw..pisss
            Eh ada juga cowok-cowok kece lo ya. Sam … cowok yang bergaya ala korea (karna matanya sipit doing si jadi kayak orang korea).. cowok ini selalu dikejar-kejar adek-adek TPQ,, kalau Sam ngajar, mesti cewek2 pada histeris.. neriakin biar kak Sam cepet pulang..wkwkwk… ada Taja juga yang hobinya nongkrong.. nongkrong di WC maksudnya.. hexexexe.. dia cowok paling usil dan hobi nggombalin cewek-cewek posko.. makanya aku tiap hari bawa clurit-cluritan.. antisipasi kalo Taja nyebarin virus-virus cinta, biar aku pangkas pke clurit..ckckck
            Ada juga Jimmy, cowok sok cool dan seksi ini paling hobi ninggalin posko… maklum lah, diusianya yang semakin senja dia harus mencari nafkah untuk keluarganya… jadi apapun yang terjadi, pokoe kerjo..hihihi… Juli..anak Pati ini kalo ngomong mesti dan wajib diedit dulu.. kalo enggak, bakalan bikin perut rusak karna gara-gara ketawa terus.. wkwkkw
            Nastain, tetua di posko ini… orangya juga hobi ninggalin posko.. karna usianya juga sudah beranjak senja.. sama deh kayak Jimmy.. harus kerja.. weehehehehe
Program kerja unggulan posko di Genuk menjadi mudah dilakukan, kerena kesemuanya telah ada di Genuk. Misalnya penanaman Toga, perbaikan jalan, donor darah, penyuluhan pola hidup bersih dan sehat. Hanya saja, aku dan kawan-kawan membuat program terobosan yang memang belum ada. Misalnya, kami membuat rumah belajar untuk anak-anak di Genuk, rumah Baca Al Quran, pembuatan ketrampilan dari flannel dan sedotan, serta senam anak sehat setiap akhir pekan.
            Alhamdulillah, meskipun masyarakat Genuk telah maju dengan pemikiran dan program daerahnya, namun masyarakat tidak menutup diri dari kawan-kawan KKN. Masyarakat setempat sangat terbuka untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar pikiran.  
            Pengalaman berharga ini menjadi bekal penting untukku dan kawan-kawanku yang lain. Kelak, pasti akan sangat bermanfaat bagiku ketika telah benar-benar terjun di masyarakat tempatku lahir. Dan kelak, akan ku ceritakan kepada anak cucuku bahwa Genuk seisinya telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat bagiku.


                                                                                                            Genuk, 06/05/2014
                                                                                                            01.46 dinihari

Maha Dahsyatnya Pendidikan


Oleh, Malikhah*
Pendidikan. Siapa yang tak mengenalnya. Siapa pula yang tak pernah mengenyamnya. Siapapun orangnya, pasti mengalami proses pendidikan. Pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu, begitupun persoalan pelaku. Bayi yang belum lahirpun, sudah mendapatkan pendidikan. Yah, pendidikan prenatal telah dialami bayi saat dalam kandungan. Betapa maha dahsyatnya pendidikan, hingga terkadang kita lupa dan tidak sadar bahwa kita telah mengenyam pendidikan.
Sejatinya pendidikan tidak sebatas sekolah formal seperti yang kita lihat pada umumnya. Jika pendidikan diartikan layaknya sekolah-sekolah formal itu, maka kita telah terjebak dengan adanya simbol-simbol dalam pendidikan. Penulis berpendapat bahwa sekolah formal yang ada di Indonesia itu merupakan salah satu simbol pendidikan. Itupun masih dalam lingkup sangat kecil. Sedangkan pendidikan memiliki ruh dan juga makna yang begitu luas.
Plato mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah membuat manusia menjadi good and smart. Artinya, menjadikan manusia sebagai manusia yang baik dan pintar, cerdas menjadi tujuan dalam sebuah pendidikan. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, manusia tidak cukup menjadi manusia yang baik saja, namun juga smart,begitu sebaliknya. Kedua hal tersebut haruslah beriringan.
Perkembangan Pendidikan
Pendidikan yang kini menjelma menjadi berbagai bentuk, membuat simbol-simbol pendidikan menjadi lebih jelas. Pendidikan formal, informal, maupun pendidikan non formal telah berkembang begitu pesat. Sekolah sebagai salah satu simbol dalam pendidikan, saat ini tidak seperti sekolah dahulu. Sekolah tidak cukup dilakukan disebuah gedung dengan kelas-kelas yang berjajar rapi, lebih dari itu, lingkungan diluar gedung-gedung mampu dijadikan tempat belajar. Yah, kita pasti mengenal Paulo Freire. Tokoh pendidikan pembebasan ini telah menginspirasi berbagai kalangan dengan pemikirannya. Freire yang menawarkan pendidikan yang membebaskan, tidak terikat dengan simbol-simbol seperti ruang, waktu, mata pelajaran, maupun seragam yang digunakan. Freire menunjukkan bahwa pendidikan mencakup berbagai aspek yang sangat luas.
Di Indonesia banyak kita lihat lembaga pendidikan yang terinspirasi dari pemikiran Freire. Pasti kita tidak asing lagi dengan adanya homeschooling Kak Seto ataupun sekolah alam Qorriyah Toyyibah di Salatiga. Lembaga ini tidak terikat dengan sistem yang ada dalam sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Meskipun perkembangan pendidikan melalui lembaganya berkembang begitu pesat, kita sebagai pelaku pendidikan jangan sampai terjebak dalam formalitas sebuah pendidikan. Adanya perubahan perilaku seseorang menjadi good and smart merupakan hakekat sebuah pendidikan. Sehingga pendidikan memiliki makna yang sangat luas dan dapat dilakukan dengan beragam cara sehingga menjadikan manusia-manusia yang good and smart.
Kritik pendidikan formal yang tidak membebaskan bagi sebagian anak menjadikan pendidikan formal kita patut berbenah dengan segala sistem yang ditawarkan. Salah satu tawaran dengan adanya pendidikan berbasis kebutuhan anak dengan berpijak pada local living conteks (konteks kehidupan lokal) akan membuat anak bebas dalam belajar sesuai dengan kebutuhan anak. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan terlebih sesuai dengan kebutuhan anak akan mampu menciptakan pendidikan yang membebaskan.
Dalam peringatan hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari Jumat (2/5/2014) ini, sebagai insan pendidikan jelas berharap pendidikan mampu menjadikan setiap orang berubah menjadi lebih baik. Anak bangsa sudah pasti mendapatkan pendidikan setiap harinya, meskipun tidak mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah formal. Pengetahuan akan luasnya makna dan dan implementasi sebuah pendidikan haruslah ditanamkan dalam mindset masyarakat. Sehingga masyarakat tidak terjebak dalam makna dan implementasi pendidikan yang hanya disimbolkan dengan adanya sekolah-sekolah formal.

                                    *Pimpinan Umum LPM Edukasi dan Pasukan SRIKANDI



 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan