About Me

Malikhah; seorang ibu rumah tangga yang juga ASN dan aktif mengajar di SMPN 1 Singorojo. Lahir pada tanggal 28 Oktober 1991, dengan semangat sumpah pemuda semangat menulis untuk meninggalkan jejak digital yang bisa bermanfaat untuk semua.

Perjalanan Hidup dengan Berhusnudzon

 Perjalanan hidup memang seringkali tidak bisa ditebak. Semuanya adalah rahasia Ilahi. Begitupun perjalanan hidupku, yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Semua yang akan terjadi adalah sebuah misteri. Kelahiran, kematian, rezeki, jodoh, semuanya ketetapan yang Allah berikan kepada umat manusia. Maka dalam Islam, sebagai umat Islam kita wajib beriman atau percaya akan qada dan qadar Allah SWT.

Ketetapan yang Allah SWT berikan kepada setiap manusia, adalah ketetapan yang terbaik. Meskipun, terkadang kita sebagai manusia menganggapnya sebagai hal yang menyedihkan. Akan tetapi, percayalah bahwa setiap ketetapan Allah kepada hamba-Nya adalah ketetapan yang terbaik.

Engkau sarjana muda

Resah mencari kerja

Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya

Bergelut dengan buku

'Tuk jaminan masa depan

Penggalan lirik lagu Iwan Fals yang berjudul “Sarjana Muda” ini benar-benar melukiskan perjalanan awal karirku. Selepas lulus kuliah, mau lanjut program pascasarjana, tersandung biaya. Mencoba melamar pekerjaan dibeberapa sekolah, namun hasilnya nihil. Tidak ada satupun panggilan kerja yang masuk. Pada akhirnya, akupun memilih untuk berjualan jamur kancing bersama dengan adikku. Selepas menunaikan salat subuh, bersama dengan adikku, memacu kendaraan menuju pasar pagi. Awalnya ragu dan malu, sebab lama kuliah Pendidikan namun memilih untuk berjualan jamur di pasar pagi. Ku tepis rasa malu, ku tepis segala omongan yang menyakiti hati, karena bagiku semua adalah perjalanan yang pasti ada hikmahnya.

Sebulan menjalani rutinitas jualan di pasar pagi, ada panggilan kerja di sebuah sekolah dasar sebagai staff Tata Usaha (TU). Bagiku, kerja apapun tidak masalah, akhirnya ku terima tawaran kerja itu. Meski tidak sesuai dengan jurusan yang ku ambil saat kuliah dulu, aku hampir buta arah soal apa yang harus ku kerjakan. Sembari menjadi staff TU, jualan dipasar pagi tetap ku jalani sebelum. Selepas jualan, baru aku bergegas menuju sekolah dasar di wilayah Sukorejo. Hanya sebulan bertahan, pada akhirnya aku harus menyerah akan pekerjaan sebagai TU, pada akhirnya aku mencoba melamar pekerjaan di sebuah sekolah swasta di wilayah Boja.

Seperti gayung bersambut, akhirnya aku dipertemukan dengan pekerjaan yang selama ini aku harapkan. Meski gaji tidak seberapa (saat itu sekitar Rp 300.000), namun hatiku terasa rekah. Lingkungan kerja yang baru memang jauh dari kampung halaman, namun lingkungan kerja baru ini menjadi bagian penting dalam support system ini. Tiga tahun mengabdi di SMP Muhammadiyah 2 Boja, kepala sekolah mempersilakan untuk mengikuti seleksi guru kontrak di Kota Semarang. Katanya, agar mendapat kesejahteraan yang lebih baik. Sungguh diluar ekspektasi, biasanya kepala sekolah akan melarang anak buahnya untuk melepas untuk melamar pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, namun berbeda dengan kepala sekolahku kali ini. Singkat cerita, akhirnya lolos menjadi guru kontrak di salah satu sekolah dasar di kota Semarang.

Perjalanan awal menjadi guru kontrak di kota, tentu tidaklah mudah. System kerja yang lebih ketat dari sekolah sebelumnya, membuat jiwa emak-emakku meronta-ronta. Apalagi saat itu, aku baru saja menjadi seorang ibu yang memiliki buah hati yang sedang lucu-lucunya. Saban sore sepulang mengajar, aku selalu menangis dan menginginkan untuk keluar dari kesepakatan sebagai guru kontrak. Alhamdulillah, barangkali Allah membuka pintu hatiku untuk tetap bertahan walau dalam kondisi kesulitan sekalipun. Sempat mencoba mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) tahun 2018, alhasil belum beruntung, padahal sudah belajar mati-matian, ahaha. Karena terbiasa dengan system belajar yang ketat, setelah tidak lolos CPNS, hati dan pikiranku serasa hampa. Sebagai pelarian, aku ambil kuliah lagi pada program pascasarjana PAI di universitas Wahid Hasyim.


    Tiga tahun berjalan mengabdi di sekolah dasar Kota Semarang tepatnya tahun 2019, pada akhirnya ada lowongan CPNS, hanya ada satu lowongan yang lokasinya dekat dengan tempat tinggalku. Berbekal keberanian, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar, ada sekitar 80 orang pendaftar. Seleksi administrasi alhamdulillah lolos, lanjut seleksi kompetensi dasar (SKD), alhamdulillah Allah beri kemudahan untuk meraih peringkat pertama. Qadarullah, pada seleksi selanjutnya/ seleksi kompetensi bidang (SKB), salah satu pesaingku memiliki sertifikat pendidik (serdik). Sudah benar-benar difase pasrah, namun keyakinanku bahwa kalau memang rezeki tidak akan tertukar, alhamdulillah BKN menyatakan bahwa serdik tersebut tidak linier dengan jabatan yang dipilih. Akhirnya di SKB aku tetap diperingkat pertama dan lolos untuk pemberkasan NIP dan diangkat menjadi CPNS.

Cobaan tidak berhenti disitu, S2 ku tidak bisa kelar terlebih dahulu sebelum ijin belajar muncul. Jika aku memaksakan diri lulus S2 tanpa memiliki ijin belajar, maka ijazah S2 ku tidak akan diakui. Akhirnya kuputuskan untuk menunda kelulusan program pascasarjanaku. Akhirnya semua selesai dalam waktu 5 tahun. Lima tahun yang benar-benar panjang dalam menyelesaikan S2, tidak hanya Lelah pikiran, namun juga biaya…hehehe…

Dibalik itu semua, aku percaya, saat kita dititik terendah sekalipun, disaat kita anggap Allah memberi takdir yang tidak sesuai keinginan kita, ternyata Allah tengah mempersiapkan takdir yang terbaik untuk hamba-Nya. Maka, tugas kita sebagai manusia adalah selalu berhusnudzon kepada sang pemberi hidup. Allah SWT.



Berbicara soal husnudzon, husnudzon merupakan perilaku terpuji yang memiliki makna berprasangka baik. Husnudzon ternyata ada bermacam-macam lho. Pertama, husnudzon kepada Allah SWT. Berprasangka baik kepada Allah SWT bisa dilakukan dengan cara menerima segala takdir/ ketetapan Allah SWT dengan hati yang lapang dan ikhlas. Berprasangka baik kepada Allah SWT juga dapat dilakukan dengan cara mensyukuri segala nikmat yang Allah SWT  berika kepada kita.

Kedua, husnudzon kepada sesama manusia. Berprasangka baik kepada sesama manusia dapat dilakukan dengan cara berpikir positif/ baik kepada orang lain. Husnudzon kepada sesama orang lain juga bisa dilakukan dengan cara tidak merendahkan orang lain. Ketiga, husnudzon kepada diri sendiri. Berprasangka kepada diri sendiri bisa dilakukan dengan cara meyakini potensi yang kita miliki. Husnudzon kepada diri sendiri juga dapat dilakukan dengan cara percaya diri, yakin akan kemampuan diri sendiri.

Semoga kita semua bisa selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, sesama manusia, dan diri sendiri.

Tantangan Generasi Millenial pada Era Industri 4.0

 

Kini kita berada di era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan luar biasa di bidang teknologi internet. Dalam era inilah, generasi millenials dihadapkan dengan beragam tantangan yang besar, sebab era ini telah membawa perubahan besar dalam bidang teknologi, ekonomi, dan sosial. Generasi millennial memiliki peran penting dalam menghadapi dan mengatasi tantangan-tantangan ini.

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ibarat pisau bermata dua, memudahkan tetapi juga bisa menyengsarakan manusia. Kemajuan teknologi dalam era industri 4.0 telah membawa manfaat besar, namun juga membawa tantangan baru. Hal ini sejalan dengan ayat al-qur’an yaitu surat Al kahfi ayat 7 yang berbunyi:

اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى الۡاَرۡضِ زِيۡنَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ اَ يُّهُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلً

Yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.


        Era revolusi industri 4.0 saat ini menjadi salah satu ujian yang Allah berikan kepada hambanya. Ada beragam ujian dan tantangan yang harus kita hadapi di era ini diantaranya:

Pertama, adanya kesenjangan digital dalam dunia pendidikan. Masih banyak sekolah-sekolah yang minim fasilitas komputer bahkan akses internet, sehingga laju informasi tidak dapat diakses dengan cepat.

Kedua, dalam bidang ekonomi. Adanya beragam transaksi digital, menjadi tanda bahwa teknologi semakin memiliki peranan penting dalam perputaran roda ekonomi.

Ketiga, adanya perubahan sosial dan lingkungan yang semakin kritis.

Melalui pemanfaatkan teknologi, generasi millenial mampu untuk bekerja sama dan membangun jejaring sosial dalam menghadapi tantangan-tantangan ini. Keterampilan digital perlu dikuasai oleh generasi muda dengan terus beradaptasi dan belajar terhadap perubahan zaman.

Sebagai generasi yang dekat dengan teknologi, jangan sampai melupakan peran kita sebagai umat manusia. Berperilaku santun, peduli, empati, dan taat kepada Allah SWT. menjadi tugas penting yang harus kita jaga. Jangan sampai adanya teknologi melenakan kita, sehingga menjadikan kita jauh dari dunia nyata, jauh dari sang Maha Pencipta.

          Dan ingat bahwa  “The more you learn, the more you earn.” (Semakin kamu belajar, semakin banyak yang kamu dapatkan.)

 

Moderasi Beragama: Menjaga Indonesia dari Intoleransi menuju Kerukunan Abadi

  

Indonesia is a multicultural country and Bhinneka Tunggal Ika is the motto of the Indonesia

Indonesia merupakan negara multicultural. Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan budaya. Keberagaman menjadi hal mutlak yang tidak dapat kita hindari. Meski berbeda-beda, namun bangsa Indonesia tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Sikap ini dilandaskan pada nilai Pancasila, yaitu sila ke-3, Persatuan Indonesia. Keberagaman adalah kekayaan dan perdamaian harus diupayakan”. Kalimat ini menjadi penting sebab keberagaman yang dijaga dengan baik, maka akan menjadi kekayaan yang abadi. Hal ini harus diupayakan untuk mewujudkan perdamaian. Tentu, sesuai amanat undang-undang, perdamaian adalah hak setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia.

Sayangnya, hari ini kita bisa melihat, mendengar, dan merasakan fenomena radikalisme, ekstremisme dan terorisme. Belum lama ini terjadi peristiwa pembubaran paksa kegiatan retret remaja Kristen di Desa Tangkil, Cidahu, Sukabumi, pada 27 Juni 2025 (Sumber: BBC.com). Peristiwa ini merupakan bentuk perilaku intoleransi yang seharusnya tidak terjadi di negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman. Tentunya, peristiwa ini sangat mengancam persatuan dan perdamaian bangsa Indonesia.

Sebagai bangsa yang beragam, kerukunan antar masyarakat adalah kekuatan. Seperti nasehat Jawa bahwa "Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah" yang berarti hidup rukun akan membuat sentosa, sementara bertengkar akan membuat kita bercerai-berai. Nasehat jawa ini menuntun kita untuk selalu hidup rukun. Tujuannya, tidak lain adalah agar kita mampu hidup damai dan sentosa. Pertengkaran dan perselisihan hanya akan membuat Masyarakat bercerai berai, persatuan dan kesatuan yang telah dibangun kokoh akan mudah rapuh bahkan ambruk.

Moderasi beragama lahir dari kebutuhan akan keharmonisan dalam masyarakat yang beragam. Moderasi beragama mengajarkan sikap tengah, tidak berlebihan, dan selalu berpihak pada kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Ajaran ini begitu sentral dalam sumber hukum Islam yaitu Q. S al Baqarah ayat 143 yang berbunyi:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ 

"Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Dalam tafsir al Munir karya Wahbah Az Zuhaili dijelaskan bahwa ummatawwasatha adalah umat yang berada ditengah-tengah, adil dan seimbang. Definisi ini selaras dengan pendapat Prof Dr. Quraisy Shihab bahwa agar Islam tersampaikan dengan tepat ke seluruh umat, maka kita harus berislam secara moderat.

Pertama, menghargai dan menghormati perbedaan agama dan keyakinan masing-masing individu. Kedua, menjalin komunikasi yang baik dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Ketiga, Menjaga komitmen kebangsaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa yang majemuk. Mari kita bergandengan tangan, saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama dalam berbagai aspek kehidupan, tapi tidak untuk masalah aqidah.

Apabila muncul sebuah permasalahan, mari kita laksanakan nilai moderasi Syura yaitu bermusyawarah dalam setiap masalah, sehingga tidak akan ada lagi perselisihan dan perpecahan akibat perbedaan. Jika prinsip-prinsip ini kita realisasikan insyaallah moderasi beragama akan terjalin dengan baik.

 

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan