Himpunan Mahasiswa Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
melaksanakan Sarasehan pendidikan dengan tema “Kurikulum 2013, Sudah
Idealkah?”. Acara yang dilaksanakan Selasa sore, 22 Januari 2013 ini
dilaksanakan di aula gedung Q fakultas Tarbiyah diramaikan oleh mahasiswa IAIN
Walisongo Semarang. Sarasehan ini mengangkat tema pendidikan, terutama masalah
kurikulum yang masih menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan.
Dalam sarasehan ini, dihadiri oleh beberapa pembicara, diantaranya
Dr. Fatah Syukur, Drs. Listyono, dan Mukhammad Busro Asmuni. Dalam kesempatan
ini, Dr. Fatah Syukur menyampaikan, “Kurikulum ini digunakan sebagai alat untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan”. Dia juga menambahkan bahwa kurikulum di
Indonesia, perlu adanya perbaikan untuk menuju kesempurnaan, karena masih
banyak hal yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan di Indonesia. Senada
dengan Drs. Listyono M. Pd bahwa banyak konsep yang harus diperbaiki dalam
pendidikan di Indonesia. Lis, sapaan akrabnya menggambarkan, “Banyak orang
salah kaprah dalam menyebut buah nanas. Yang kebanyakan orang makan adalah
batang nanas, bukan buah nanas. Namun, banyak guru yang mengajarkan bahwa itu
merupakan buah nanas. Bisa-bisa kesalahan diturunkan sampai tujuh turunan.”
Seperti yang dikatakan oleh Listiyono bahwa harusnya dalam
pendidikan di Indonesia yang perlu disempurnakan adalah kualitas guru dan calon guru tentang bagaimana memberikan
pelajaran kepada siswa. “Guru harus mampu memberikan inovasi dalam belajar
untuk siswa, sehingga siswa tertarik dan mampu menyerap pelajaran dengan baik”,
tuturnya. Menurutnya, dalam kurikulum 2013 ini, beban mengajar guru menjadi
berkurang. Namun, ada jam tambahan bagi guru untuk mendampingi siswanya dalam
mengerjakan tugas-tugas rumah.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia sangat penting.
Listiyono kembali menjelaskan, ada beberapa ciri SDM yang diperlukan yakni good
character, exellent competence, spiritual discrement. Dengan SDM yang
mumpuni, maka akan menunjang kemajuan dunia pendidikan. Disinilah peran
kurikulum 2013, tentunya harus mampu menciptakan individu dengan kualitas yang
bagus.
Kurikulum 2013 ini memang masih menuai berbagai kontroversi, baik
pro maupun kontra. Meskipun sudah melewati uji publik, bahkan baru kali ini ada
kurikulum melalui uji publik, bukan berarti kurikulum ini sempurna. Seperti
yang diungkapkan oleh Mukhammad Busro Asmuni selaku Presiden Dewan Eksekutif
Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, “perubahan kurikulum ini masih harus
dipertanyakan, apakah perubahan ini hanya sebagai usaha menutupi kegagalan
pemerintah dalam mengelola pendidikan, atau hanya digunakan untuk melancarkan
kepentingan golongan dan kekuasaan.” Sebenarnya perubahan kurikulum ini sangat
diperlukan untuk menuju kesempurnaan kurikulum. Namun dalam kurikulum 2013 ini,
perencanaan dan penyusunan silabus serta pengadaan buku paket justru dilakukan
oleh pemerintah pusat. “Kebijakan tersebut justru tidak memberikan peluang
dalam menyusun silabus, padahal kebutuhan dan kondisi sekolah berbeda-beda,
namun kebijakan yang diambil justru sifatnya sentralisasi.”
“Integrasi mata pelajaran yang diharapkan mengurangi beban belajar
siswa, namun muatannya justru berlipat ganda karena harus mengikuti alur
pikiran kompetensi inti dan jumlah jam pelajaran per minggu ditambah. Dampaknya
beban belajar siswa justru semakin bertambah,” jelas Busro. Dia menjelaskan
bahwa harusnya penyusunan kurikulum 2013 ini berdasarkan kajian mendalam dan
transparan terhadap situasi yang menjadi alasan kuat perlunya perubahan
kurikulum di Indonesia.
Fatah Syukur menuturkan bahwa kurikulum 2013 ini tentunya masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. “Yang penting, kita harus openmind dalam
menyikapi setiap perubahan kebijakan”, pungkasnya.
0 komentar:
Post a Comment