“Menakar Kurikulum 2013 dalam Perspektif Intelektual Organik”


Seorang intelektual tentunya mampu memberikan hegemoni terhadap orang lain. Hegemoni dalam kamus bahasa Indonesia berarti pengaruh. Menurut sejarah, penemu teori hegemoni ini yakni Lenin. Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin merupakan seorang pemimpin politik yang paling bertanggungjawab terhadap berdirinya Komunisme di Rusia. Gagasannya tentang teori hegemoni ini sangat memberikan dampak yang signifikan. Hegemoni akan semakin mudah dilakukan kala agama-agama masih bersifat konservatif dan cenderung ortodoks. Selain itu kondisi ekonomi yang lemah dan juga akses pendidikan yang sangat minim dan cenderung terbelakang akan semakin mempermudah adanya hegemoni, terutama hegemoni dari sang penguasa.
Dalam hal ini, intelektual organik memiliki peranan penting, terutama dalam menghegemini dalam dunia pendidikan. Intelektul organik meruakan buah pemikiran Antonio Gramsci yang terlahir pada tanggal 22 Januari 1891 di Italia. Dalam teorinya Gramsci, yang dimaksud dengan intelektual organik adalah seorang intelektual yang mampu menguasai banyak pengetahuan. Intelektual organik tidak hanya berkubang dalam kehidupan dirinya saja, namun dia mau menjadi organ langsung atau menyatu dalam masyarakat. Artinya bahwa seorang intelektual organik bukanlah intelektual yang hanya berada diatas menara gading, yang menutup mata dengan kondisi sosial masyarakat. Intelektual organik berangkat dari kehidupan praksis yang mereka alami. Sehingga, seorang intelektual organik haruslah seorang yang mampu menjangkau pengetahuan yang lebih luas.
Terkait dengan adanya kurikulum 2013 ini, tentunya harus kita sikapi secara mendalam. Artinya, banyak pendekatan yang dapat kita gunakan untuk melakukan kajian kritis terhadap kurikulum yang rencananya akan dicanangkan bulan Juni 2013 di semua jenjang, baik SD, SMP, dan SMA. Pendapatan terbanyak negara kita adalah bersumber dari pajak. Pajak inilah yang sering diberikan oleh para pengusaha kaya yang itu digunakan oleh negara. Logikanya, segala regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sesuai dengan pihak yang menghidupinya, singkatnya, segala kebijakan negara mengandung unsur kepentingan founding nya.
Idealnya, sebuah kurikulum berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Namun, yang sering terjadi, justru kurikulum yaang ada hanya berorientasi pragmatis, dn hanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kita bisa melihat contoh nyata di sekolah menengah kujuruan atau SMK. Kasarnya, di SMK hanya memberikan orientasi dan menyiapkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan industri. Hal ini tentunya hanya akan menghasilkan robot-robot yang hanya mengikuti perintah sang pembawa remot control saja. Disadari atau tidak, kurikulum yang ada saat ini di desain agar peserta didik tidak memikirkan hal-hal diluar kurikulum. Sehingga pengembangan potensi anak pun akan terhambat, jika harus terkungkung dengan adanya kurikulum yang wajib dipatuhi.
Dalam kurikulum 2013 juga banyak diperbincangkan tentang adanya pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Padahal, orientasi dan aspek-aspek yang dipelajari masing-masing mata pelajaran tersebut jelas berbeda. Namun, beberapa pihak optimis terhadap kurikulum yang baru akan dicanangkan ini. Integralisme pengetahuan yang digagas dalam kurikulum 2013 ini diharapkan mampu membawa perubahan. Namun, kurikulum ini nantinya juga harus dikaji kembali karena wacana untuk pembuatan buku dan silabus oleh pusat harus dirubah. Pasalnya setiap sekolahan tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan tentunya tidak dapat disama ratakan antara sekolah satu dengan sekolah lain.
Setiap pengetahuan itu selalu mengandung sebuah kepentingan dari si pembuatnya. Dan setiap pengetahuan akan menjadi sebuah senjata yang dapat digunakan untuk bertarung. Semoga saja kurikulum 2013 yang direncenakan ini bukan sekedar “gawe-gawe-an” pemerintah. Harapan agar Indonesia mampu menjadi negara yang lebih baik tetap kita perjuangan.
“Metode lebih penting dari materi, tetapi guru lebih penting dari metode, namun yang terpenting adalah Motivasi Guru untuk anak didiknya”



By:: Malikhah San
Hasil diskusi Srikandi, 08 Januari 2013

0 komentar:

Post a Comment

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan