Pendidikan menjadi salah satu tonggak kemajuan suatu bangsa. Patut
diamini pendapat Socrates yang menyatakan bahwa tujuan paling mendasar dari
pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad SAW, Sang Nabi terakhir
dalam ajaran Islam juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia
adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good caracter).[1]
Peran pendidikan tentu menjadi sangat urgen, sehingga patut
dikembangkan dengan baik. Dalam upayanya membentuk seseorang menjadi good
and smart, pendidikan juga tidak terlepas dari adanya suatu keyakinan.
Keyakinan ini, tentu saja sebuah agama. Yak, pendidikan dan agama menjadi satu
pasangan yang tentu saling melengkapi. Pendidikan yang dilakukan, tidak hanya transfer
of knowledge, namun juga transfer of value. Transfer of value atau
transfer nilai ini sangat erat kaitannya dengan agama seseorang. Pendidikan
dalam hal ini, patut melihat aspek nilai-nilai yang menjadi pijakan seseorang.
Sehingga, pendidikan yang dilaksanakan tent tidak akan menyalahi aturan agama
masing-masing. Lebih khusus lagi, pendidikan agama Islam menjadi frame sebagai
tonggak yang mampu merubah moral bangsa menjadi lebih baik.
Di pagi yang tengah ranum, awak media selalu memberitakan beragam
persoalan bangsa entah korupsi atau tindak kriminal lainnya. Seperti yang
diberitakan oleh Kompas TV, 2 Juni 2013 tentang kasus pembobolan kartu kredit.
Oknum-oknum yang melakukan pembobolan kartu kredit ini ternyata sudah
berjejaring dengan sindikat pembobol ATM di luar negeri. Ini menjadi sebuah
keprihatinan bersama, anak bangsa yang harusnya menggunakan cara-cara santun
dalam mencari nafkah, justru menggunakan cara yang tentu dilarang oleh agama
dan negara. Belum lagi kasus korupsi yang melilit elit politik. Misalnya salah
satu kasus korupsi yang dilakukan oleh petinggi PKS (Partai Keadilan Sosial)
Lutvi Hasan dan Ahmad Fatonah. Barangkali berjuta-juta pejabat lain yang
melakukan hal serupa, hanya saja belum disorot dan dibobol kasusnya oleh KPK. Kasus
diatas menunjukkan bahwa orang dengan pendidikan tinggi pun masih melakukan
hal-hal yang menyimpang, tentu ini mengindikasikan bahwa pendidikan di
Indonesia ini sedang sakit kronis.
Petinggi negara yang harusnya menjadi cerminan bagi masyarakat
Indonesia, justru menunjukkan tindakan yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Angka kemiskinan yang saat ini belum tuntas, ini tentu akibat ulah elit politik
yang hanya memperkaya diri sendiri dengan korupsi, imbasnya permasalahan
kemiskinan tidak terselesaikan.
Oleh, Malikhah
[1] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 30
0 komentar:
Post a Comment