Kedukaan Dunia Pendidikan


Dunia pendidikan kembali berduka. Meninggalnya Ade Sara pada Rabu (05/03) menyisakan duka mendalam. Korban yang notabene mahasiswi ini harus meregang nyawa
di tangan kawannya sendiri. Gambaran peristiwa pembunuhan sadis ini menjadi tamparan tajam bagi dunia pendidikan.

Betapa tidak, pelaku pembunuhan merupakan mahasiswa yang masih mengenyam dunia pendidikan. Moral dan juga akhlak sebagai seorang peserta didik telah ditanggalkan oleh para tersangka. Imbasnya, tanpa rasa belas kasih mereka menganiaya Ade hingga meninggal.

Turut Berduka

Degradasi moral saat ini memang menjadi keprihatinan bangsa Indonesia. Ditengah-tengah menjamurnya kasus korupsi oleh para pejabat negara, mencuat ulah remaja dalam kasus pembunuhan sadis terhadap Ade Sara ini. Pelakunya sama-sama dari orang-orang yang terdidik. Kedukaan dunia pendidikan semakin bertambah dengan banyaknya penyalahgunaan narkoba oleh remaja. Nasib bangsa semakin suram dengan kondisi remaja yang sering melakukan tindakan menyimpang. Banyak faktor yang melatarbelakangi perilaku negatif ini.

Pertama, lingkungan keluarga sebagai tempat proses pendidikan pertama sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, sudah selayaknya anak diberikan kasih sayang oleh orang tua masing-masing. Anak yang terbiasa mendapatkan kekerasan dari orang tua, ia akan menjadi pribadi yang keras.

Selain itu, lingkungan pergaulan juga juga akan membentuk pribadi seorang anak. Anak yang terbiasa bergaul dengan anak-anak nakal, ia akan turut mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut.

Kedua, perkembangan globalisasi semakin pesat juga dapat menjadi faktor penyebab penyimpangan remaja. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah mengalami perkembangan. Meskipun globalisasi menimbulkan dampak positif dan negatif, namun jika tidak dihadapi dengan kekuatan iman dan taqwa yang teguh, maka kita akan larut dalam pengaruh negatif globalisasi.

Pendidikan tinggi menjadi salah satu jenjang pendidikan yang memiliki prestice lebih tinggi dibandingkan pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA. Tindakan kejam yang telah dilakukan oleh tersangka dalam menghabisi Ade Sara ini tidak mencerminkan sosok seorang mahasiswa.

Dalam proses pendidikan, tentu seorang anak senantiasa diarahkan menuju perilaku yang positif. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang peserta didik memang tidak serta merta kesalahan proses pendidikan mereka di sekolah. Faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan juga tempat pergaulan anak menjadi serangkaian proses yang membentuk karakter anak.

Perilaku dzalim dalam kehidupan beragama pada dasarnya disebabkan oleh ketidaksehatan mental seseorang. Dimana aspek intelektual dan emosionalnya tidak berjalan lancar secara normal karena kondisi tertentu yang mengitarinya.

Samsul Munir Amin dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam mengatakan bahwa orang yang memiliki mental sehat adalah orang yang memperlihatkan kematangan emosionalnya. Selain itu, memiliki kemampuan menerima realitas, kesenangan hidup bersama orang lain, dan memiliki filsafat atau pandangan hidup pada saat ia mengalami komplikasi kehidupan sehari-hari sebagai kehidupan.

Keseimbangan antara hati dan otak menjadi sangat penting, sehingga kesehatan mental dapat terjaga dengan baik. Lingkungan pergaulan seorang anak merupakan tempat yang sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak. Peranan keluarga sangat penting dalam mengawal tumbuh kembang anak. Orang tua harus paham benar dengan kondisi anak yang terutama remaja yang rentan akan kenakalan remaja.

Tindakan preventif patut dilakukan oleh keluarga untuk mengantisipasi tindakan menyimpang anak. Hal ini dapat diimplementasikan dengan adanya sharing antar anggota keluarga. Bimbingan harus senantiasa diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Dengan pengarahan dari orang tua, potensi anak akan berkembang menjadi lebih baik dan perilaku menyimpang anak bisa segera teratasi.

Oleh:
Malikhah (Pimpinan Umum LPM Edukasi IAIN Walisongo Semarang)

0 komentar:

Post a Comment

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan