Kopi Tanpa Henti


Aku yang mengenalmu dengan seteguk kopi hangat di pelataran gubuk yang kau buat dengan sepotong senja dan mega-mega merah. Mulai mencoba menyusun baris demi baris hingga tertata rapi. Pagi itu, setelah menghabiskan malam bersamamu, aku pun mulai merasa damai dengan segelas kopi yang kita teguk bersama.
Kopi !!!
Satu menu yang selalu menyatukan kita akan indahnya hari-hari yang selalu ku nikmati. Secangkir kopi, yang selalu memberi arti akan hidup ini.
Malam itu seperti dua atau tiga hari lalu yang sama-sama kita habiskan untuk menyelami samudra Hindia. Namaku Rini, aku gadis fajar yang selalu gigih untuk menyelami setiap kehidupan. Bersama Dwi, kita habiskan waktu kita di dalamnya laut nan indah.
Namun, kali ini hanya bisa ku selami dalamnya lautan kopi mendidih yang tak sembarang orang berani berdiri. Hampir enam bulan sudah kami bersama, menata tiap butir permata. Satu dua dan tiga, sudah semakin renta, kala ku buka jendela..
Ku temukan satu bait kata indahmu, dalam indahnya mentari. Meski malamku kala itu tak dapat meraihmu. Ada jarak antara kita, meski bukan kita yang membuat. Kita satu karna niatan kita mampu menyatu,  tapi coba kau lihat bintang diatas sana.. mereka tak mau berbagi canda tawa bersama kita. Bulanpun seolah redup menatap kita.
Mimpiku denganmu tak pernah usai, terlalu sumbang tuk dibincang ...
Pertanda apa kah ini? Aku tak pernah mengerti ...

0 komentar:

Post a Comment

 
MALIKHAH SAN © 2012 | Edited Designed by Kurungan Celotehan