oleh, Malikhah
Suhu politik 2014 semakin memanas. Diberbagai daerah, wajah calon
legislatif maupun calon presiden menghiasi berbagai media kampanye. Di
jalan-jalan bahkan di pepohonan dijadikan alat kampanye. Senyum simetris
diperlihatkan para calon, alih-alih untuk menarik simpatisan masyarakat yang
melihat wajah para calon wakil rakyat.
Ketatnya persaingan antar partai membuat para calon semakin
bergairah untuk memberikan iming-iming kepada masyarakat. Membagi-bagikan uang
kepada masyarakat menjadi salah satu langkah yang paling banyak dilakukan oleh
para calon. “Serangan fajar”, masyarakat mungkin sudah taka sing lagi dengan
kalimat tersebut.
Serangan fajar memang sering terjadi saat pemilihan umum (pemilu)
akan dilaksanakan. Serangan fajar ini dilakukan oleh calon wakil rakyat dengan
membagikan uang kepada pemilih. Memang masyarakat akan menerima dengan
sukarela, tidak ada kata menolak untuk uang yang diberikan secara cuma-cuma.
Maklum, masyarakat Indonesia yang sadar akan haramnya money politic
sangat minim. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama, masyarakat
Indonesia masih banyak yang berada dalam garis kemiskinan. Kedua, menjamurnya
pengangguran menjadikan masyarakat mudah untuk diiming-imingi calon wakil
rakyat.
Imbas dari kedua faktor tersebut membuat money politic semakin
menjadi andalan para calon wakil rakyat. Siapa yang berani memberikan uang yang
banyak, dia yang akan dipilih, istilah Jawanya adalah wani piro?. Nah,
kalau wajah politik di Indonesia ini hanya bermodalkan wani piro? Bagaimana
bisa perpolitikan di Indonesia bersih dari korupsi jika alat untuk mencapai
kekuasaan itu dilakukan dengan cara yang tidak baik.
Musim perpolitikan yang saat ini sedang memanas, membuat segala
tindakan para calon wakil rakyat ini sebagai sebuah pencitraan. Menyorot
langkah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memberikan beasiswa bagi pelajar
(Kompas, 02/04/2014) mengisyaratkan kesan positif dan negatif. Memang pada
tahun ini SBY tidak mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden, namun
kesan pencitraan akan partainya semakin berhembus kencang. SBY yang notabene
menjadi pimpinan partai Demokrat tentu saja akan melakukan banyak cara agar
partainya mampu merebut kursi kekuasaan kembali.
Munculnya SBY di televisi sebagai presiden tentu sudah tidak asing
lagi. Namun, munculnya SBY dengan wajah promosi partai dan mengatakan “jangan
lupa coblos nomor *tet*” membuat setiap langkah SBY dapat dinilai langkah
politis. Meskipun tindakan yang dilakukan baik, namun kebaikan para politikus
akhir-akhir ini memang harus diwaspadai.
Sebagai masyarakat, kita pun harus jeli dan selektif dalam memilih
calon wakil rakyat. Jika salah pilih, pemimpin lancunglah yang bisa jadi akan
memimpin negara kita. Janji manis yang diumbar para calon rakyat, jangan sampai
langsung membius telinga kita. Jadi tetap waspada dalam berpihak kepada calon
wakil rakyat. Indonesia lebih baik menjadi cita-cita semua pihak. Melalui
pemimpin inilah kelak kita titipkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mampu
meraih cita-cita luhur yang termaktub dalam preambul UUD 1945.
0 komentar:
Post a Comment