Diakui atau
tidak, bangsa Indonesia tengah mengalami krisis multidimensi. Hal ini menjadi
polemik panjang yang harus diselesaikan bersama. Adanya krisis multidimensi
yang tengah terjadi ini, ditengarai akibat tergerusnya jati diri bangsa
Indonesia. Karakter bangsa semakin samar-samar, sehingga mudah terjadi konflik
di Indonesia. Menurut Aristoteles, karakter erat kaitannya dengan “habib” atau
kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan. Dalam pendidikan karakter,
pembiasaan menjadi aspek penting dalam penanaman nilai terhadap anak didik.
Menurut Thomas Lickona, dalam mendidik karakter terdapat 3 aspek penting yakni,
knowing, loving, and acting the good. Menurutnya, keberhasilan
pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan
pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Pendidikan
karakter semakin menjadi sebuah perbincangan hangat baik dikalangan akademisi
maupun non akademisi. Begitu ramainya pembicaraan tentang pendidikan karakter,
hingga pemerintah Indonesia berencana mengesahkan kurikulum 2013. Korelasinya,
kurikulum 2013 lebih menekankan kedalam aspek pendidikan karakter. “Kurikulum
Pendidikan Karakter” menjadi nama baru untuk 2013 ini. Selama ini, yang selalu
diwacanakan adalah pendidikan karakter untuk pendidikan formal, non formal, dan
informal untuk anak-anak normal. Fenomena yang terjadi di Indonesia, banyak
anak-anak didik dengan kemampuan normal, namun disisi lain banyak pula dari
peserta didik yang mengalami keterbatasan. Dalam hal ini, peserta didik yang
memiliki keterbatasan ini biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus/ ABK
atau (children with special needs).
Dalam hal ini,
peneliti tertarik untuk meneliti proses pendidikan karakter yang dibangun untuk
anak-anak berkebutuhan khusus. Tentu akan menarik, sebab dengan adanya keterbatasan
yang dimiliki anak, tentu akan berpengarus terhadap proses transfer of
knowledge and value. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengangkat
pembahasan tentang pendidikan karakter untuk ABK.
By:: Malikhah
Direktur SRIKANDI
By:: Malikhah
Direktur SRIKANDI
0 komentar:
Post a Comment