Oleh, Malikhah*
Pendidikan.
Siapa yang tak mengenalnya. Siapa pula yang tak pernah mengenyamnya. Siapapun
orangnya, pasti mengalami proses pendidikan. Pendidikan tidak terbatas ruang
dan waktu, begitupun persoalan pelaku. Bayi yang belum lahirpun, sudah
mendapatkan pendidikan. Yah, pendidikan prenatal telah dialami bayi saat dalam
kandungan. Betapa maha dahsyatnya pendidikan, hingga terkadang kita lupa dan
tidak sadar bahwa kita telah mengenyam pendidikan.
Sejatinya
pendidikan tidak sebatas sekolah formal seperti yang kita lihat pada umumnya.
Jika pendidikan diartikan layaknya sekolah-sekolah formal itu, maka kita telah
terjebak dengan adanya simbol-simbol dalam pendidikan. Penulis berpendapat
bahwa sekolah formal yang ada di Indonesia itu merupakan salah satu simbol
pendidikan. Itupun masih dalam lingkup sangat kecil. Sedangkan pendidikan
memiliki ruh dan juga makna yang begitu luas.
Plato
mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah membuat manusia menjadi good and
smart. Artinya, menjadikan manusia sebagai manusia yang baik dan pintar,
cerdas menjadi tujuan dalam sebuah pendidikan. Keduanya merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan, manusia tidak cukup menjadi manusia yang baik saja, namun
juga smart,begitu sebaliknya. Kedua hal tersebut haruslah beriringan.
Perkembangan
Pendidikan
Pendidikan
yang kini menjelma menjadi berbagai bentuk, membuat simbol-simbol pendidikan
menjadi lebih jelas. Pendidikan formal, informal, maupun pendidikan non formal
telah berkembang begitu pesat. Sekolah sebagai salah satu simbol dalam
pendidikan, saat ini tidak seperti sekolah dahulu. Sekolah tidak cukup
dilakukan disebuah gedung dengan kelas-kelas yang berjajar rapi, lebih dari
itu, lingkungan diluar gedung-gedung mampu dijadikan tempat belajar. Yah, kita
pasti mengenal Paulo Freire. Tokoh pendidikan pembebasan ini telah
menginspirasi berbagai kalangan dengan pemikirannya. Freire yang menawarkan
pendidikan yang membebaskan, tidak terikat dengan simbol-simbol seperti ruang,
waktu, mata pelajaran, maupun seragam yang digunakan. Freire menunjukkan bahwa
pendidikan mencakup berbagai aspek yang sangat luas.
Di
Indonesia banyak kita lihat lembaga pendidikan yang terinspirasi dari pemikiran
Freire. Pasti kita tidak asing lagi dengan adanya homeschooling Kak Seto
ataupun sekolah alam Qorriyah Toyyibah di Salatiga. Lembaga ini tidak terikat
dengan sistem yang ada dalam sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Meskipun
perkembangan pendidikan melalui lembaganya berkembang begitu pesat, kita
sebagai pelaku pendidikan jangan sampai terjebak dalam formalitas sebuah
pendidikan. Adanya perubahan perilaku seseorang menjadi good and smart
merupakan hakekat sebuah pendidikan. Sehingga pendidikan memiliki makna yang
sangat luas dan dapat dilakukan dengan beragam cara sehingga menjadikan
manusia-manusia yang good and smart.
Kritik
pendidikan formal yang tidak membebaskan bagi sebagian anak menjadikan
pendidikan formal kita patut berbenah dengan segala sistem yang ditawarkan.
Salah satu tawaran dengan adanya pendidikan
berbasis kebutuhan anak dengan berpijak pada local living conteks (konteks
kehidupan lokal) akan membuat anak bebas dalam belajar sesuai dengan kebutuhan
anak. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan terlebih sesuai dengan
kebutuhan anak akan mampu menciptakan pendidikan yang membebaskan.
Dalam peringatan hari Pendidikan
Nasional yang jatuh pada hari Jumat (2/5/2014) ini, sebagai insan pendidikan
jelas berharap pendidikan mampu menjadikan setiap orang berubah menjadi lebih
baik. Anak bangsa sudah pasti mendapatkan pendidikan setiap harinya, meskipun
tidak mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah formal. Pengetahuan akan luasnya
makna dan dan implementasi sebuah pendidikan haruslah ditanamkan dalam mindset
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak terjebak dalam makna dan implementasi
pendidikan yang hanya disimbolkan dengan adanya sekolah-sekolah formal.
*Pimpinan
Umum LPM Edukasi dan Pasukan SRIKANDI
0 komentar:
Post a Comment