oleh, Malikhah
Bulan suci ramadhan selalu identik
dengan penuh keberkahan. Ramadhan juga menjadi kesempatan untuk menambah
keimanan dan ketaqwaan kepada Sang maha Pencipta Alam Semesta. Kesucian bulan
ramadhan semakin meriah tat kala lantunan ayat suci al Quran dikumandangkan.
Setiap malam, masjid-masjid dipenuhi oleh jama’ah untuk menunaikan sholat
tarawih.
Pemandangan lain yang tak pernah lepas
dibulan ramadhan adalah banyaknya penjaja ta’jil diberbagai sudut. Menjelang
waktu berbuka puasa, menjadi saat dimana penjaja ta’jil diserbu oleh beragam
masyarakat. Inilah gambaran ramadhan di Indonesia yang senantiasa riuh dengan
aneka budayanya.
Semakin riuh kembali tat kala ramadhan
dibarengi dengan pemilihan presiden. Dari Sabang hingga Merauke semarak dengan
nama-nama capres. Ramadhan, bulan yang jatuh bertepatan dengan momentum
Pemilihan Umum (PEMILU) ini menjadikan prosesi pemilihan presiden menjadi
semakin sakral. Prosesi pemilihan presiden ini, tentu saja mengingatkan kita
pada perjuangan pahlawan menjelang detik-detik proklamasi. Presiden pertama
Soekarno, terpilih saat momentum bulan suci ramadhan. 69 tahun silam,
proklamasi dikumandangkan beriringan dengan bulan suci ramadhan. Momentum
Pemilu Presiden yang biasa diwarnai dengan fanatisme salah satu calon, meskinya
diredakan.
Waspada!!!
Meskipun jatuh saat ramadhan, bukan
berarti kampanye hitam tiada begitu saja. Politik, cara selicik-liciknya
seringkali dilakukan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan. Sebagai pemilih
cerdas, kejelian dalam menentukan pilihan tidak cukup. Perlu adanya kejelian
dalam melihat tim suksesnya juga. Sebab yang langsung bersinggungan dengan
masyarakat langsung mayoritas adalah tim sukes dari masing-masing calon. Bisa
jadi muka hello kitty hati serigala, begitu pula sebaliknya.
Ini bukan persoalan kecurigaan, namun
sikap skeptis sebagai pemilih cerdas. Dalam filsafat, sikap skeptis atau
keragu-raguan merupakan salah satu ciri berpikir filsafat. Yah, kita memang
tidak tengah membicarakan filsafat, namun dari pelajaran filsafat inilah yang
menjadikan kerangka berpikir dalam menentukan sikap.
Kampanye hitam yang menjadi kabar
terpopuler, saat-saat inilah yang patut untuk dihilangkan. Sucinya bulan
ramadhan harus diiringi dengan sucinya prosesi pemilihan presiden. Sehingga
masyarakat mampu memilih pemimpin yang benar-benar layak memimpin Indonesia.
Prabowo ataupun Jokowi adalah calon
yang memiliki kualitas dan kapasitas masing-masing. Dengan segala kelebihan
mereka, pastinya bukan sekedar suka atau tidak suka dalam memilih salah satu
diantara mereka. Sebagai orang awam, bisa jadi tidak paham akan kemampuan
masing-masing calon. Namun, keyakinan diri dalam akan sosok idaman lah yang
patut dipertahankan. Jangan sampai terperangkap dengan doktrinasi calon yang
bukan pilihan anda. Sisa-sisa waktu dalam menentukan pilihan adalah waktu untuk
memantapkan diri dalam memilih calon presiden untuk beberapa tahun kedepan.
0 komentar:
Post a Comment