Oleh, Malikhah
Masih dalam suasana indah nan suci bulan Ramadhan. Tepat tanggal 22
Juli 2014 bangsa Indonesia akan memiliki presiden baru. Yah, presiden yang akan
menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono ini nantinya akan mendapatkan tantangan
yang lebih besar dalam memimpin bangsa Indonesia. Betapa tidak, kekayaan bangsa
Indonesia yang berlimpah diiringi dengan adanya globalisasi menjadi dua hal
yang harus dijaga dan diwaspadai.
Suku, budaya, ras, dan agama yang beragam menjadikan bangsa
Indonesia kaya. Potensi yang dimiliki oleh berbagai daerah di Indonesia harus
dikuatkan dengan adanya nilai-nilai lokal wisdom (kebudayaan lokal). Hal
ini disebabkan adanya budaya daerah yang unik, berkarakter, dan kuat akan
nilai-nilai kearifan lokal. Jika budaya di masing-masing daerah tidak dijaga
dengan baik, maka akar budaya yang seharusnya dijunjung tinggi oleh masyarakat
akan tercerabut. Lebih parahnya lagi, ketika budaya lokal diakui oleh bangsa
lain, hal ini menjadi keprihatinan bagi bangsa Indonesia.
Tantangan pemimpin negara jelas tidak sebatas budaya lokal atau
menjaga kestabilan keanekaragaman suku, ras, dan agama, persaingan pasar global
menjadi babak baru untuk menjadikan bangsa Indonesia selangkah lebih maju. Bangsa
Indonesia harus percaya diri untuk menyongsong bangsa yang mandiri dalam segala
bidang, termasuk dalam bidang ekonomi.
Didunia pendidikan pun menjadi aspek yang tidak boleh kalah untuk
diperhatikan. Pendidikan yang kaya akan kebijakan pemerintah, setidaknya
memiliki satu formulasi agar pendidikan di Indonesia dapat diakses oleh seluruh
masyarakat tanpa syarat. Beragam permasalahan bangsa, merupakan tanggung jawab
seluruh elemen masyarakat. Adanya pemimpin terpilih kelak, setidaknya
memberikan angin segar bagi kemajuan bangsa.
Ketatnya Persaingan
Persaingan kedua belah calon presiden semakin memanas, seiring
adanya rekapitulasi KPU dalam real count. Baik Jokowi maupun Prabowo
tentu memiliki kapasitas diri dan kompetensi yang sangat handal jika kelak
terpilih. Sayangnya, banyaknya kecaman untuk menggugat presiden terpilih ke
Mahkamah Konstitusi akibat adanya kecurangan dalam pemungutan suara. Sebagai
masyarakat, isu-isu yang tengah digulirkan oleh tim sukses masing-masing calon
patut untuk diwaspadai kembali. Fitnah dan adu domba dalam bidang politik
menjadi hal yang wajar dalam perpolitikan di Indonesia. Mendekati pengumuman
presiden ini, suasana semakin memanas.
Pemilihan presiden tahun ini berbeda dengan pemilihan presiden
sebelumnya. Selisih suara yang sedikit menyebabkan masing-masing calon
berambisi untuk menang. Banyak tersebar di sosial media yang sudah memprediksi
pemenang pemilihan presiden ini, namun prediksi tidak selamanya tepat.
Pemilih cerdas pasti lahir dari masyarakat cerdas. Masyarakat
cerdas tidak mungkin terbawa emosi sesaat akibat isu yang belum tentu
kebenarannya. 22 Juli 2014 menjadi momentum penting untuk menyambut presiden
baru bangsa Indonesia. Jelas, hal ini harus diimbangi dengan sikap sportif
menerima kekalahan dari salah satu pasangan calon. 22 Juli 2014 bukan waktunya
untuk masyarakat protes, ricuh, bahkan tawuran antar pendukung salah satu
capres. 22 Juli 2014 adalah momen untuk seluruh masyarakat Indonesia berdamai
dan berdoa agar presiden terpilih mampu menjadikan bangsa Indonesia menjadi
lebih baik. Mumpung ramadhan lho.... J
Itulah demokrasi, selalu ada yg menang dan ada yg blm menang..
ReplyDelete#semoga baik yg menang maupun yg blm menang bsa legowo dan mengeluarkan hati kstria untuk menerima kenyataannya..
betul kakak >.....
ReplyDelete