Mengintip
persiapan menjelang Ujian Nasional (UN) membuat memori penulis tergugah ke
masa-masa beberapa tahun silam. UN sebagai ritual kelulusan siswa tentu wajib
diikuti oleh siswa di kelas tingkat akhir. Momok UN yang dahulunya terkesan
seram dan garang, kini telah berubah menjadi ramah bagi siswa. Betapa tidak, UN
yang dari tahun ke tahun menjadi penentu kelulusan siswa, kini tak lagi berlaku.
Ujian nasional hanya digunakan untuk salah satu pertimbangan kelulusan siswa. Selebihnya
pihak sekolah di masing-masing satuan pendidikan yang berwenang menentukan
kelulusan siswa.
Kita
tentu ingat teori Paulo Freire tentang
pendidikan yang membebaskan. Seolah ingin menggerakkan pendidikan yang tidak
menekan pada anak, pemerintah tengah memberikan kelonggaran bagi siswa. Meskipun
UN tak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan, pastinya keseriusan
menghadapi ujian yang dilaksanakan di masing-masing sekolah harus tetap
dikuatkan.
Meski
demikian, persiapan ujian nasional patut diprioritaskan. Berbagai pihak
berperan penting dalam mensukseskan program tahunan dalam dunia pendidikan ini.
Ujian nasional yang akan digelar pada bulan April untuk tingkat SMA sederajat
dan bulan Mei untuk SMP sederajat ini tinggal menghitung hari.
Peran
Semua Pihak
Meski
UN tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan, semua pihak berkewajiban
mengawal pelaksanaan ujian ini. Sebab, hasil dari ujian inilah yang akan
menjadi penentu bagi keberlangsungan sekolah siswa dijenjang selanjutnya. Guru
memiliki peranan penting dalam mengawal sekaligus mendidik dan memberikan
materi bagi siswa untuk bekal ujian nasional. Pastinya diberbagai sekolahan,
kini tengah sibuk dengan agenda jam tambahan bagi siswa yang akan mengikuti
ujian. Tak hanya itu, berbagai kelompok diskusi kecil pun dibuka oleh beberapa
guru sebagai bahan persiapan yang lebih matang.
Orang
tua sebagai motor penggerak di rumah juga memiliki andil yang sangat penting. Pengawasan
sekaligus pendampingan kepada siswa yang akan mengikuti ujian sangat penting
diperhatikan. Jangan sampai terjadi kasus bunuh diri akibat siswa merasa
depresi. Orang tua juga perlu menyiapkan mental anak agaranak memiliki pribadi
yang tangguh, sehingga pasca mengikuti ujian anak mampu memiliki orientasi yang
jelas dan terarah.
Masyarakat
juga memiliki peranan yang tak kalah urgen. Manusia sebagai makhluk sosial
tentu akan bersinggungan terhadap masyarakat luas. Oleh sebab itu, dukungan
secara moral dari masyarakat sangat dibutuhkan oleh siswa. Jangan sampai masyarakat
justru mengganggu aktivitas belajar anak ketika menjelang UN.
UN
Online
Kebijakan
lain selain menjadikan UN bukan satu-satunya penentu kelulusan adalah
dicanangkannya UN secara online. Perkembangan teknologi yang pesat,
menggerakkan pemerintah untuk terus menggenjot roda pendidikan menuju arah yang
lebih baik.
Kebijakan
UN online perlu ditinjau kembali, sebab di Indonesia masih banyak sekolah yang
infrastrukturnya masih minim. Lebih daripada itu, UN online yang akan
dilaksanakan pada sekolah-sekolah tertentu tahun ini menjadi uji coba pertama
untuk siswa yang akan mengikuti. Selebihnya, penulis berharap UN yang akan
dilaksanakan secara online tidak lagi mengorbankan siswa. Kebijakan baru ini
nantinya mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk dunia pendidikan
sehingga berbanding lurus dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.